MERENUNG bisa kita ibaratkan sebagai kerja menggali, menggali dan terus menggali. Apa yang dicari? Sesuatu yang bernilai, sesuatu yang bermakna, sesuatu yang tidak sia-sia. Apakah sesuatu itu? Bisa apa saja dan tak penting untuk diberi akta, tak perlu diikat pada sebuah kata. Lagi pula pada kerja menggali itu kedalamanlah yang mestinya lebih memesona.
BERTOLAKPUNGGUNGKAH kedalaman itu dengan kekinian? Mestinya tidak. Pada kedalaman penggalian kita, ada peristiwa kini yang mungkin saja terjebak atau malah sengaja memerosokkan diri. Apa yang kini itu mungkin saja betah di sana, nyaman di sana, dan merasa pas untuk berumah di sana - pada kedalaman penggalian permenungan kita.
KEKINIAN pun mestinya bisa memecut kita untuk melakukan penggalian-penggalian baru. Pecutan yang ikhlas kita terima. Jadi tempuilah jalan waktu dengan enteng, beri senyum pada kehidupan, dan bersiaplah dengan punggung terbuka, punggung yang ikhlas menerima lecutan cambuk kekinian. Bersiaplah dengan tangan yang rindu menggali sedalam-dalamnya. [ ]