Sunday, May 28, 2006

[Ruang Renung # 146] Tips Sajak: Jangan Percaya pada Tips!

Ada burung terbang dengan sayap terbakar
dan terbang dengan dengan dan sakit hati.
Gulita pada mata serta nafsu pada cakar.
Mengalir arus pedih yang cuma berakhir di mati.


[Bait pertama dari dua bait sajak Burung Terbakar, WS Rendra, Empat Kumpulan Sajak, Pustaka Jaya, cetakan kedelapan, 2003]

kutunjukkan padamu sebuah kolam
hai, jangan tergesa engkau menyelam!
di situ sedang mekar setangkai kata
yang para pendeta tak tahu maknanya


[Bait pertama dari tiga bait sajak Kolam, D Zawawi Imron, Madura, Akulah Darahmu, Grasindo, cetakan pertama, 1999]

Aku berpikir: Bulan inikah yang membikin dingin,
Jadi pucat rumah dan kku pohonan?
Sekali ini aku terlalu sangat dapat jawab kepingin:
Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan!


[Malam di Pegunungan, Chairil Anwar, Aku Ini Binatang Jalang, Gramedia, cetakan kedelapan, 2000]


TIGA petikan sajak, dari tiga penyair yang boleh dipastikan lekat kita ingat namanya. Kita bisa mengambil contoh sajak sejenis dari penyair lain. Sejenis? Ya, tiga sajak di atas ditulis dengan tertib dalam bentuk kwatrin, stanza empat baris. Kita pun boleh mencobanya tentu saja. Tidak ada rumus kapan harus memakai bentuk sajak itu, atau bentuk tetap lainnya.

TAPI mungkin ada sejumlah tips: Pertama, kenali sungguh bentuk-bentuk itu, jika tidak maka kita hanya akan menjadi tukang kue yang meminjam tuangan. Kita memang tidak membikin tuangan sendiri, tapi kita bisa mengakrabinya. Sehingga seakan-akan tetap saja ada tanda bahwa tuangan itu telah sah kita miliki.

Kedua, sadarilah risiko apa yang akan kita tempuh bila memilih bentuk tetap. Mungkin kita yang ditaklukkan, atau sebaliknya kita yang menaklukkan bentuk itu. Bila yang pertama terjadi, maka sajak kita terasa bagai roh yang tidak betah di sebuah tubuh yang tidak nyaman bagi si roh itu. Kita harus memperbesar kemungkinan kedua yang terjadi. Bila perlu bentuk yang tetap itu tidak terlihat kehadiran bentuknya. Tengok sajak di atas.

Ketiga, jangan terlalu terpikat pada bentuk tetap. Jangan semua ide puisi kita pasrahkan pada sebuah bentuk tetap. Banyak pilihan. Bebaskan saja sajak kita.

Keempat, bentuk tetap itu boleh saja kita hancur-hancurkan. Boleh saja kita rusak-rusakkan. Kita boleh meraih kebebasan dengan bertolak dari bentuk-bentuk yang tidak bebas. Tak ada yang melarang. Kita boleh menulis pantun yang bukan pantun. Kwatrin yang bukan kwatrin. Bebas saja.

Dan kelima, jangan terlalu percaya pada tips-tips semacam ini. Kita boleh menyusun tips-tips untuk kita sendiri, tips yang berbeda dengan tips lain. Menyusun sajak, selain menghasilkan sajak, juga bisa menghasilkan rumusan baru, tips baru. Untuk apa tips baru itu? Untuk kita ingkari lagi. Terus saja begitu. Dengan demikian kita akan terus menulis sajak, terus menghasilkan sajak. []