SEKARANG, jangan hanya terpesona pada rima, pada bunyi di ujung atau di sepanjang larik-larik puisi. Dia memang membuat puisi indah, dan berbunyi membuai. Perhatikan juga makna. Keduanya mestinya bisa saling mendukung, bukan saling mengorbankan. Rima pada pantun - jenis sajak dari tradisi lisan itu - berguna untuk memudahkan penghafalan. Pada sajak kita? Kita mesti menaklukkannya untuk tujuan puisi kita.
Pembaca yang tak sabar akan mengutuk-ngutuk kita sebagai penyajak yang dikutuk rima. Ingat, rima hanya salah satu dari perangkat puisi. Dia tak bisa maksimal jika kita - si tukang puisi ini - hanya mengandalkan satu alat itu. []