TERIMA kasih, aduhai Gempaku! Yogyaku yang
sebentar kau singgahi di sebuah pagi itu
mengingatkanku pada Yantiku. Kau tak tahu dia,
pasti. Seperti kau tak mengenal aku juga.
Kami berhak dilupakan, cukup ingat nama sendiri.
Bertahun-tahun merantau jadi Pembantu, kami
bisa membantu diri sendiri. Kami menikah
dan masing-masing punya suami yang baik hati.
Suamiku mengizinkan aku menulis puisi, suami Yanti
menginginkannya bahagia, dan dia kembali ke Yogya.
Kami berhak berbahagia, seperti juga berduka.
Lalu aku menyesal karena sementara melupakan dia.
Kami berdua terlalu sibuk dengan kebahagian kami.
Jadi, kubilang terima kasih, wahai Gempaku! Setelah
kau singgah sebentar di Yogyaku. Terima kasih,
karena sudah kau jemput Yantiku pergi bersamamu.