Wednesday, August 30, 2006

Segera: Sitok Srengenge!




PERMINTAAN wawancara dengan Sitok Srengenge saya sampaikan lewat SMS. "Kirim lewat email saja," balasnya. Lalu saya kirim enam pertanyaan di bawah ini. Apa jawaban dia? "Tadinya saya akan bercanda dengan meminta Anda bertanya kepada para dosen sastra. Tapi, rupanya, pertanyaan anda memang langsung berkaitan dengan diri saya. Saya akan menjawab semua pertanyaan itu, namun tidak sekarang. Segeralah."

INI pertanyaannya dan mari kita tunggu jawabannya.

1. Puisi Anda "Libido Sangkuriang" diakhiri dengan bait "puisi/di dalam diri/tak seutuhnya/tertampung kata". Saya boleh anggap ini sebagai isyarat atau nasihat, bahwa dalam diri Anda, atau penyair mana saja, atau siapa saja yang merawat "libido Sangkuriang", tersimpan puisi yang lebih dari puisi, yang tak pernah tuntas dipuisikan dengan kata?

2. Dalam puisi-puisi Anda, Anda tampak sangat menikmati permainan bunyi. Anda juga asyik sekali menata tipografi. Pokoknya, semua perangkat sepertinya begitu mahir Anda berdayakan. Apa lagi yang menjadi tantangan Anda ketika menuliskan puisi?

3. Anda tentu tidak terbebani dengan dorongan Sutardji yang bilang tentang Anda, "...ada harapan menjadi penyair besar", kan? Sajak Anda kata beliau telah menemukan kepribadiannya. Sejumlah nama besar lain pun menaruh harapan pada kepenyairan Anda. Anda lebih menganggap itu sebagai hasil atau hak atas kerja menyair Anda selama ini? Atau utang yang harus Anda bayar terus menerus?

4. Dalam puisi "Mosaik Jalan Raya" Anda ada menyebut "penyair melelang puisi", dan "Dan kemanusiaan/jadi kata antik dalam manuskrip sastra yang tak dibaca". Seberapa cemas Anda dengan gejala itu?

5. Anda nyaman dengan kritik yang sudah dibuat atas puisi-puisi dan kepenyairan Anda? Seberapa berpengaruh kritik terhadap puisi-puisi Anda?

6. Terakhir, bisa cerita bagaimana awalnya Anda mengenal puisi? Lalu mencintainya dengan menuliskannya hingga kini? Dan apa artinya menyandang sebutan penyair di negeri Indonesia saat ini? Dan, ini pertanyaan paling merisaukan, menurut Anda, puisi yang baik itu seperti apa atau harus bagaimana?