MEMANG saya bukan anggota Majelis Puisi Indonesia, tapi karena saya rasa ini diperlukan maka saya berani mengumumkan sebuah fatwa: Wahai, penikmat puisi - penulis dan pembaca puisi - Anda WAJIB membaca buku Tergantung pada Kata. Buku karangan A Teeuw itu diterbitkan oleh Pustaka Jaya tahun 1980.
BUKU itu mengulas khusus sejumlah puisi beberapa penyair Indonesia yaitu: Chairil Anwar, Abdul Hadi WM, Goenawan Mohamad, Ajib Rosidi, Sapardi Djoko Damono, Subagio Sastrowardoyo, Toety Herati, dan Sutardji Calzoum Bachri. Teeuw benar-benar membahas sebuah sajak dari masing-masing penyair (kecuali Sapardi yang dikaji dari tiga sajak) yang ia pilih dengan berbagai pertimbangan, bukan kepenyairan si penyairnya. Tetapi secara tak langsung yang terakhir itu terteroka juga dari cukup satu sajaknya.
PAK Teeuw memaksudkan kajiannya sebagai tantangan bagi pembaca puisi Indonesia. Saya tentu tak punya nyali untuk menantang beliau. Saya lebih suka berkomplot saja dengannya dengan catatan belum tentu dia suka dan rela dengan perkomplotan ini. Apa pun, hasil perkomplotan itu adalah sebuah Manual Memaknai Sajak.
MANUAL ini bagi saya sendiri, menjadi semacam pegangan saja ketika meraba-raba di jalan remang-remang untuk memaknai sajak ketika membacanya. Sejauh ini raba-rabaan itu masih membawa kenikmatan, dan dengan berpegang pada manual yang saya sarikan dari telaah A Teeuw ini, tentu buat saya sendiri, membuat "jalan remang" itu semakin nikmat ditempuh.
SELAMAT menempuh jalan remang. Selamat meraba. Silakan berpegangan kalau sudi. []