Friday, August 25, 2006

[Ruang Renung # 163] Juru Bicara Puisi

BOLEHKAH penyair menjadi juru bicara puisinya sendiri? Bolehkah penyair membantu penikmat puisinya dengan menjelas-jelaskan hal iwal puisinya? Eh, bukankah katanya, penyair telah mati setelah melahirkan karyanya? Artinya karyanya itu bukan lagi dalam asuhannya? Artinya penikmat punya hak sepenuhnya untuk berbuat apa saja untuk memberi harga atau memberi makna pada puisi-puisinya?

MESTINYA penyair adalah juru bicara terbaik bagi puisi-puisinya. Dia boleh menuntun penikmat puisinya jalan-jalan ke arah pemaknaan, tetapi dia tidak mengantar ke satu-satunya makna. Tetapi dia bukan juru bicara yang nyinyir merepek. Dia bicara seperlunya saja. Kalau diam saja sudah cukup sebagai isyarat, kenapa harus banyak bicara? Penyair bukan juru bicara yang hanya memanfaatkan puisinya untuk menyampaikan urusan-urusan yang bukan puisi. Dan, yang terpenting penyair tidak menjadi juru bicara bagi puisinya di dalam puisinya.