Dongeng Penyair Mati
dan Penjaga Kuburan
Akhirnya, penjaga kuburan itu
bisa juga tertawa.
Soalnya, hari itu ada sekumpulan penyair
menggandeng jenazah rekan seprofesi mereka,
yang semalam mati saat membaca puisi sendiri.
Sepanjang jalan, mereka tertawa-tawa: ha ha ha ha!
Sialan kau, Penyair Kesayangan. "Matimu seperti mati betulan..."
Lalu setelah jasad itu dicampakkan ke liang lahat
mereka pun membaca puisi bergantian...
"Dan kematian, semakin akrab...." kata penyair pertama
"Aku mau hidup seribu tahun lagi..." sambut penyair kedua
"Apa yang abadi pada sebuah poci? ..."sahut penyair lainnya
"Selamat nongkrong di kuburan..." timpal penyair berikutnya.
Begitulah, penyair-penyair itu membaca puisi,
mula-mula bergantian, lalu berebutan,
akhirnya semakin tidak karuan, dan makin lama
mereka tertawa cekakakan, seakan mau berkata:
"Rasain kau, kawan....siapa suruh kau mati duluan."
Akhirnya, penjaga kuburan itu
bisa juga tertawa, setelah menyaksikan
ribuan prosesi pemakaman yang selalu
memainkan lakon duka penuh kepura-puraan.
Ketika penguburan itu dianggap selesai,
si penjaga kuburan buru-buru berpesan:
"Sering-sering ziarah kemari ya, wahai Tuan-tuan..."
"Oke, Pak Kuburan, jangan khawatir,
kami sudah janjian kok, bakal mati bergantian,"
kata salah seorang penyair yang paling kolokan.