Thursday, March 23, 2006

[Ruang Renung # 136] Memberi Tenaga pada Kata

KATA-KATA bisa letih. Kata-kata bisa jadi loyo. Kata-kata bisa jadi tak menggairahkan lagi. Kata letih, loyo dan tak bergairah kalau terlalu sering kita tunggangi, kita pakai, kita akali. Apalagi kalau kata kita pakai untuk menipu, memanipulasi, menyembunyikan makna sebuah atau beberapa buah kenyataan di sebalik kata-kata yang kita peralat. Kata-kata bahkan bisa mati. Atau setidaknya usang, tak seksi lagi.

PUISI adalah jalan yang bisa ditempuh oleh penyair untuk menggairahkan kata lagi. Gairah itu kalau tercapai bisa ditularkan ke pembaca puisinya. Puisi yang berhasil adalah puisi yang penuh gairah dan menggairahkan, penuh nafsu dan memberahikan. Puisi yang berhasil adalah puisi yang - mendukung pendapat A Teeuw - memerlukan dan berhak untuk dicurahi daya upaya yang total pula dari pihak pembaca yang bertanggung jawab sebagai pemberi makna.

JADI jangan jauhi kata yang penat. Kata yang penat harus kita gendong, kita timang, dan kita rawat agar ia segar kembali. Joko Pinurbo dengan sajak pendeknya "Celana Tidur" (Kekasihku, Kepustakaan Populer Gramedia - KPG, Jakarta, 2004) bisa kita tengok jadi teladan.

Celana Tidur

Walau punya bermacam-macam celana tidur,
ia lebih suka tidur tanpa celana.

Supaya celana bisa tidur di luar tubuhnya.
Supaya tidurnya tidak rusak oleh celana.

ADAKAH yang luar biasa pada kata yang dipilih dalam sajak di atas? Tidak ada. Semuanya kata-kata biasa saja. Yang dekat dengan kita. Yang setiap hari pasti kita ucapkan. Kata-kata yang akrab dengan kita - yang karena keakraban itu menjadi tak menarik lagi buat kita.