PUISI itu karya fiksi yang sangat mempertaruhkan kreativitas. Saya kira kita harus selalu mengingat ini: fiktif, kreatif. Puisi memang sebuah wadah sekaligus isi dari rasa yang deras mengalir dari seorang penyair.
Bisakah perasaan difiktifkan? Perasaan yang menjadi sumber awal puisi harus murni. Ia bukan perasaan gadungan. Ia benar-benar ada. Ia benar-benar dirasakan. Itulah yang kemudian menjadi pahat penatah, dan sekaligus batu yang ditatah - kalau kita ibaratkan batu. Itulah yang menjadi tangan pembentuk dan liat yang dibentuk - kalau kita ibaratkan sebagai tanah liat.
Fiksinya puisi adalah fiksi beranjak dari kenyataan tapi ia bukan kenyataan. Fiksinya puisi adalah kenyataan yang diolah, dikhayalkan, dibelokkan, dirombak, dihancurkan, disusun lagi, jika ia cair maka puisi memadatkan, jika ia kasar maka puisi menghaluskan, jika ia berceceran maka puisi mengutuhkannya. Pada segala kemungkinan itulah kreativitas mengambil peran. Asyik bukan? []