Sajak Tomas Transtromer
Aku menangisimu malam itu, rumah
sesak hingar suara jalanan, kami terbangun
dan limbung. Rumah, cahaya, berkakuan,
pakaian perempuan di lantai, inilah pulau
kehidupan kita. Lelaki membelalaki aku
pada cuaca yang gagal, menghabiskan
uang sebatas uang untuk ikan dan unggas.
Jalan jatuh ke nestapa lebih ringkas daripada
jalan menjauhinya. Desa itu pasang mata
pada misteri terlarang, misteri tak termasuki.
Di luar taman ada gerbang menyembunyi
buah melon dalam baju belang. Langkah
kita riuh mendekat tuju ke musim dingin.
Ada teater kebisingan dan kecupan. Cinta itu
tak pernah masuk akal! Tahu, burung tahu.
Aku menunggu musim panas, aku ingin
bikin gereja dan ruang sekolah tanpa jam,
jendela membuka ke angin. Di musim semi
tak ada mimpi tentang samudera, kita sudah
lupa untuk memulai dengan kemaafan.
Nocturne
I cry to you in the night, the house
full of street sounds, we're awake
and drunk. House, light, stillness,
women's clothes on the floor, this is
our island life. Men stare at me
in the fruitless weather, spend
their hard money on fish and fowl.
The way into pain is quicker than
the way out of it. The village keeps
track of forbidden mysteries.
Outside in the garden a gate hides
melons in striped clothing. We
tread loudly toward the winter.
There is theatrical noise and kissing.
Love isn't reasonable! The birds know.
I wait for summer, I want to build
churches and schools without clocks,
with windows open to wind. In spring
there is no dreaming about the sea,
we have forgotten to begin with forgiveness.
Blog ini adalah daerah cagar, suaka bagi sajak-sajak, terjemahan, dan esai-esai Hasan Aspahani. Hal-ihwal yang pernah hilang dan ingin ia hapuskan.