gersik: hanya ombak masih setia. Datang. Ke pantai itu.
      Pantai kita itu? Aku memburu engkau. Mencari apa yang
      sisa. Mungkin suara. Gemerisik pasir. Karang kering.
      Memungut sisa diam kita. Mengatakannya. Dengan
      sisa kata yang terbaca pada lengking lantun camar,
      lengkung pelangi samar. Tapi, kau tak ada. Hanya aku.
      Menyesali kita. Menyesaki kata.
giuk: kapalku tetap menunggu. Jauh dari dermaga itu. Laut
      memang sedang tak pasang. Seperti hati yang sangkal,
      muara yang dangkal. Aku mengikatkan sebuncu
      saputangan. Di tali pengatur layar. Sebuncu kenangan.
      Di pagar buritan. Sebuncu keraguan. Di tiang haluan.
      Memanggil engkau dalam gerak lambai. Udara malas, angin
      lunglai. Aku semakin tak tahu. Bilakah pelayaran dimulai.
gigau: maka malam muram. Datang sepuluh lelaki dalam hitam.
      Menyiapkan makam. Di anjungan. "Mimpi sudah sampai."
      Ada bayangan, terhempas di geladak retak. Terhantam diam.
      Kita memang harus pulang. Walau makin entah kemana
      pulang. Walau makin betah - seperti lebah - menualang. Walau
      makin resah, segala cuma terulang, cuma mengulang.
      "Mungkin mimpi memang sudah lama sampai....."
geta: pernah ada yang tenggelam. Sebuah kapal, habis karam.
      Takhta terpendam. Sebelum pulang ke malam. Adakah
      waktu untuk menyelam? Sebentar ke laut dalam. Masih
      saja, aku berharap bertemu kita. Aku menduga. Kau
      adalah tali jangkar. Putus ketika aku telah jauh berlayar.
      Ada bukit besar. Timbunan bangkai camar.