Friday, December 7, 2007

Paragraf Pernikahan, 5

               BUKU itu berlampiran lembar kosong, tanpa nomor halaman. Kita menuliskan satu per satu kata, membubuhkan bilangan dari lembar ke lembar, tanpa membayangkan kelak jadi kalimat seperti apa, akan menjadi paragraf seperti apa, dan menjadi buku setebal apa. Sesekali, terpandang juga halaman pertama. Di sana, ada potret kita, seperti sedang mengingat-ingat, memastikan, kata-kata yang nanti akan sering kita ucapkan bersama. Di sana, ada sepasang nama kita, dengan huruf-huruf yang kita bayangkan bisa kita susun lagi menjadi kata-kata lebih sempurna melemakan kita.