KETIKA mulai menuliskan paragraf ini, kita hanya punya beberapa patah kata yang memang telah nyaris patah. Maka, tak ada perbincangan di malam pertama. Kita hanya bergantian menyebut nama, sambil diam-diam saling bertanya, "yang kudengar menyebut namaku, itukah kata yang menyuara dari bibir, mulut, lidah dan hembus udara dari paru-parumu?"