Friday, December 21, 2007

Ada Lomba di Jambi

ADA sebuah lomba di Jambi. Panitia menunggu kiriman naskah puisi dan cerita pendek  selambat-lambatnya pada 31 Maret 2008.
     Karya harus Berbasis Cerita Rakyat Jambi. Peserta diperkenankan mengirimkan 3 (judul) puisi yang belum pernah dipublikasikan di media massa baik lokal maupun nasional, ataupun dalam bentuk buku maupun melalui internet.
     Karya cipta harus asli, bukan terjemahan maupun saduran, jiplakan atau dibuatkan oleh orang lain (bukan hasil plagiat), dan bukan hasil klaim terhadap hak cipta orang lain.
     Apabila pada karyanya terdapat ungkapan, istilah, kata frase, kalimat dan bahasa setempat (bahasa Melayu Jambi dan dialeknya) harus dibuat penjelasannya yang ditulis pada lembar tersendiri.
     Diketik rangkap 4 pada kertas ukuran kuarto, huruf Times New Roman, font 12 pt, spasi 1,5. Naskah puisi, bio data, surat pernyataan, tanda pengenal yang masih berlaku, lembar penjelasan dikirimkan dalam amplop tertutup disertai disket atau cakram padat ke alamat (Pada kiri atas amplop ditulis jenis lomba yang diikuti) :

Panitia Lomba Penulisan Puisi dan Cerita Pendek
Berbasis Cerita Rakyat Jambi
Jambi Writing Program
Jln. Prof. HMO. Bafadhal RT. 07 RW. 03 No. 04
Cempaka Putih, Jambi 36134,

Atau dapat pula dikirim via e-mail ke: newwacana@yahoo. com

***
SAYA mempersiapkan puisi untuk lomba tersebut. Lewat Pakde Gugel saya dapat ini:
           Menurut cerita lisan yang saya dengar dari beberapa Orang Rimba di TNBD, mereka mengatakan bahwa nenek moyang  mereka adalah orang Padang (Minangkabau) di Sumatera Barat. Pada awalnya mereka semua berkampung sampai kedatangan  orang Belanda. Karena enggan dikuasai oleh orang asing, mereka melakukan perlawanan. Namun karena tidak kuat  melawan maka mereka lari. Sebagian dari mereka lari ke hilir (ke arah laut) dan sebagian ke arah hulu (ke gunung).
          Mereka yang menyingkir ke hilir menjadi Orang Minangkabau, sedangkan mereka yang menyingkir ke gunung dan hutan  menjadi Orang Rimba. Lama kelamaan, karena ingin menghindari orang asing mereka sampai di jambi.
          Versi lain mitos asal usul Orang Rimba berkaitan dengan sebuah cerita mengenai Putri Pinang Masak. Konon kabarnya,  pada zaman dahulu kala Jambi dipimpin oleh Ratu Putri Selaras Pinang Masak yang berasal dari kerajaan Pagaruyung  dari wilayah Sumatera Barat kini. Pada suatu masa, terjadilah pertentangan dengan raja Kayo Hitam yang berkuasa di  lautan sampai dengan Muara Sabak (daerah Kuala Tungkal saat ini). Sang ratu merasa kewalahan sehingga ia meminta  bantuan ke Pagaruyung. Maka dikirimkanlah serombongan pasukan oleh raja Pagaruyung. Namun belum sampai di Jambi,  rombongan pasukan tersebut kehabisan bekal di sekitar wilayah TNBD sekarang. Akhirnya mereka memutuskan untuk  menetap di dalam rimba karena apabila kembali ke Pagaruyung akan dihukum, sedangkan bila meneruskan perjalanan  sudah tidak memiliki bekal lagi. Mereka juga bersepakat untuk tidak tunduk kepada siapapun, baik kepada raja  Pagaruyung maupun ratu Jambi. Merekalah yang kemudian menurunkan Orang Rimba.
           Dari salah seorang Orang Rimba Makekal, didapat cerita mengenai Bujang Perantau sebagai nenek moyang Orang Rimba.  Diceritakan bahwa Bujang Perantau berasal dari Pagaruyung. Ia tinggal sendiri di dalam sebuah rumah di dalam hutan.  Pada suatu hari ia memperoleh buah gelumpang. Pada malam hari ia bermimpi agar membungkus buah gelumpang dengan  kain putih. Oleh bujang perantau mimpi tersebut dilaksanakan. Lalu muncullah putri cantik dari buah gelumpang yang  dibungkus. Mereka berdua lalu kawin. Namun karena tidak ada yang mengawinkan maka mereka meniti batang kayu yang  melintang diatas sungai. Pada saat kening mereka beradu, maka berarti perkawinan mereka sah.
             Dari hasil perkawinan  mereka lahirlah empat orang anak, yakni Bujang Malapangi, Dewo Tunggal, Putri Gading, dan Putri Pinang masak. Anak pertama dan terakhir, yakni Bujang Malapangi dan Putri Pinang Masak keluar dari hutan dan kemudian menjadi  Orang Terang. Bujang Malapangi berkampung di desa Tana Garo. Putri Pinang Masak berkampung di Tembesi. Sedangkan  Dewo Tunggal dan Putri Gading tetap tinggal di dalam hutan, yakni di wilayah hutan bukit Duabelas. Kedua anak dari  Bujang Perantau yang tinggal di dalam hutan yang kemudian menurunkan Orang Rimba.


       Saya akan mengolah cerita itu jadi puisi untuk saya ikutkan di lomba tersebut di atas. Karena salah satu syaratnya adalah tidak boleh disiarkan termasuk di blog, maka saya tidak akan tampilkan puisinya di sini, kecuali nanti setelah puisi tersebut menang. :-)
       Anda mau ikut kirim puisi juga? Kirimlah, kita bertanding di sana!