Penyairpun bukan
Aku hanya penyelam
Menukiki samudera
Pulang ke
permukaan
Membawa batu purba
Untuk melempari cakrawala
("Penyairpun Bukan", Emha Ainun Najib)
ENGKAU masih di tepi danau itu, Mikael?
Menunggu bulan menjatuhkan hantu Li Po, atau
menjaga Sapardi lewat menyeberangkan perahu?
"Danau yang dangkal, huh, aku mau samudera
yang kekal." Kau dengar itu gerutu? Lelaki
dengan kumis basah itu? "Aku? penyairpun
bukan," katanya, lalu lekas lalu.
*
DAN kau masih di tepi danau itu, Mikael?
Memancing puisi dengan batang rumput panjang,
bagai mencari padanan kata di kamus tesaurus.
"Ah, aku tak percaya. Ah, aku tak percaya!"
Aku juga, tak percaya, Mikael. Tadi seperti
kulihat seseorang masuk ke sebuah resto,
mendorong pintu dengan bahu, lalu di sana
berbincang dan menulis puisi tergesa-gesa.
Lantas ia mengutip nama penyair asing untuk
dapat pembenaran atau sekadar permakluman.
*
TAPI kau masih di tepi danau itu, Mikael?
Sedang menghindari kehidupan yang so urban?
Atau mau menyelam cari batu untuk melempari
kebosanan? Menjebol buntu sajak koran-koran?
Ah, tadi seperti kudengar seru di resto itu,
"Tolong, pindah kanal tivi. Aku ogah nonton
Virnie Ismail dalam celebrity on vacation."