AKU menulis dua puluh baris namaku. Dua puluh nama yang berbeda-beda. "Ibu Guru, kenapa kita hanya punya satu nama?" tanyaku, sebelum ia memberi nilai salah pada tugas pertamaku itu.
Ibu Guru tak menjawab.
Ia sibuk dengan pertanyaan lain, pertanyaan teman-temanku, pertanyaan yang tidak penting, seperti: besok pakai baju apa, Bu? Besok bukunya sudah dibagikan ya, Bu? Besok masuk kelas jam berapa, Bu?
AKU kira pelajaran pertama yang harusnya diajarkan adalah bagaimana membuat pertanyaan yang baik. Besok, aku harap Ibu Guru memerintahkan kami membuat daftar hal-hal yang ingin kami ketahui. "Anak-anak, Ibu beri PR ya. Tuliskan nama Ayah dan Ibu, serta alamat rumah kalian," kata Ibu Guru sebelum kami pulang.
Ibu Guru memberi aku tugas yang tidak penting.