AKU membolos dari kamar kelas. Sembunyi
sepanjang hari di perpustakaan: yaitu - katanya -
aula tempat menyemayamkan banyak mayat, aku tak
percaya, dan selalu betah di sana. Banyak sekali
sahabat-sahabat baik yang mengajak bicara.
Aku sudah pandai menyogok Ibu Penjaga
Buku - pelajaran pertama yang sejak lama
sudah kukuasai maksud dan metodenya:
lakukan sesuatu yang membuat matanya buta,
dan mulutnya terkunci oleh dusta sendiri.
Aku baru akan pulang sekolah nanti di tengah
malam. Setiap hari, kutemukan buku yang
huruf-hurufnya menyala terang: sepanjang jalan
ke rumahku sendiri, aku mengendap-endap
seperti pencuri, dengan halaman buku yang
harus terbuka kubaca. Begitu caranya, agar
aku tak terpeleset atau tersesat, berputar
saja di lapangan sempit upacara hari senja.