BAHASA menyediakan banyak kemungkinan kita mengucapkan sesuatu. Satu hal bisa disampaikan dengan banyak cara. Itu yang menyebabkan puisi mungkin. Itu yang membuat puisi itu menarik. Itu yang kita percaya bahwa bahasa punya potensi estetis.
Penyair yang tak menyadari hal itu, pasti tidak akan pernah bisa merasakan nikmat dan asyiknya menyair. Ia hanya akan sibuk meyakinkan dirinya sendiri, menata diri di depan cermin buram kenyataan, hanya untuk mendengarkan gumaman sendiri: tengok betapa penyairnya diriku.