"Bung, kemana saja? Saya cari-cari, Anda di sini rupanya," kata nyawa Syaiful kepada Malaikat Pencabut Nyawa.
Si Malaikat heran melihat Syaiful, "Lho, Anda siapa? Mau apa ketemu saya?"
"Sok lupa lagi. Saya ini sudah mati, tahu?" kata Syaiful, "Harusnya Bung yang mencabut nyawa saya. Tapi ini nyawa saya terpisah sendiri!" Terakhir, nyawa Syaiful hanya ingat, ketika dia dan badan Syaiful sedang tancap gas di jembatan Suramadu. Dia mau pulang ke Madura dari Surabaya. Lalu motornya terpental, karena tersandung mur yang lepas dari baut pagar jembatan itu. Badan dan nyawa Syaiful jatuh ke Selat Madura.
Malaikat itu membolak-balik catatan, sambil sesekali melihat ke nyawa Syaiful. "Anda salah. Anda belum saatnya mati. Cepat kembali sana. Tahu jalan kan? Saya tak perlu antar ya..." kata Malaikat itu santai.
***
"Oh, syukurlah, dia masih hidup. Lihat dia bernafas," kata lelaki itu. Syaiful sadar. Badannya basah kuyup. "Tadi, sepertinya dia mati suri," kata lelaki itu kepada kawannya yang sibuk mendayung kapal penuh besi tua. "Anak siapa dia itu? Bikin repot kita saja... " kata si pendayung.
Syaiful berusaha mengingat-ingat sesuatu. Tapi ia tak bisa mengingat apa-apa.***