DIA memegang telepon pintar itu dengan dua tangannya. Dia menatap telepon pintar itu dengan dua matanya. Dia mengetik puisi pada telepon pintar itu dengan dua ibu jarinya.
"Bagaimana penonton kita nanti bisa yakin bahwa dia tokoh penyair kita itu sedang menulis puisi?" tanya sutradara kita.
"Mungkin kita harus memindahkan lokasi pengambilan gambar ini, wahai, Sutradara!" kata Juru Kamera.
Maka, adegan itupun dipindahkan dari semula di kamar mandi, pindah beberapa tempat yang juga meragukan: sebuah kuburan tua, ruang kedatangan pelabuhan feri, ruang tunggu dokter kandungan.
Si aktor yang berperan sebagai penyair itu menggerutu, "Ah, puisi memang tidak pernah bisa meyakinkan siapa-siapa..."