"LEPASKAN aku," katanya pedih, pada padu masa lalu. Ia ingin lekas menyeberang. Sebentar lagi para pengepung datang. Sedangkan ini pantai cuma berpusar pada pasir. Pasang berenang, mengantar sebatang tongkat hilang.
"Tak ada jejakku lagi di situ?" seperti cemas tanya, musakat Musa. Ia tak mau percaya, ia sengapkan saja kata. Sejauh ini ia telah berlari. Hingga laut mati. Jangan-jangan ia ada bersama para pengejar itu juga.
Ia bukan pasasir terusir, tertinggal kapal sekejap mampir. Ada Nuh melintas dan menyapa, "mari sini, naik ke bahtera kami, mau Tuan jadi senawi?" Ah, belum mendarat jua? Bukankah badai itu sudah lama reda?