1. Tuhan, terima kasih telah memanjakan aku,
tapi sesekali tempelenglah aku agar tahu apakah
rasanya kulit tanganmu menyentuh kulit wajahku.
2. Ibu, sesekali nanti kita bertukar bola mata,
agar engkau bisa membaca nama lengkapmu yang
kutulis pada judul dan bait-bait puisiku untukmu.
3. Bapak, siapa yang membeli sepeda kita dahulu,
sepeda yang kau jual untuk ongkos masuk sekolahku?
Aku ingin menebusnya, lalu memboncengmu berkeliling
jalan dan menyusuri sungai kampung, ke kebun kita,
dan kembali ke rumah setelah lelah seharian plesiran.
4. Buku, berapa banyak lagi halaman kosongmu, tempat
aku kau bebaskan menulis betapa besar cintaku padamu?
Dan tempat aku menulis puisi untuk ibu dan menggambar
sepeda yang pernah jadi milik ayahku dulu?
5. Baju, di mana kau sembunyikan kantong rahasiamu?
Tempat aku dulu sembunyikan kelereng harta karunku,
sebelum ibu menemukan dan membuangnya karena dia
tidak pernah tahu betapa letih aku seharian memburu
dan bertaruh mengumpulkan sebutir demi sebutir?