KAU suka melukis segala yang berleher panjang,
angsa, jerapah, dinosaurus dan juga seseorang.
"Itu kamu," katamu. Sebab terlalu lama melongok
dari tingkap tinggi itu, setelah jauh kepergianmu.
Dan kita tak lagi pernah bertemu. Aku tak sempat
melukismu, sebuah kanvas lama terbiar telanjang.
Sekarang aku kerap terbayang belalang sembah, yang
berleher lemah, nyaris patah. Sembahyang panjang.