Blog ini adalah daerah cagar, suaka bagi sajak-sajak, terjemahan, dan esai-esai Hasan Aspahani. Hal-ihwal yang pernah hilang dan ingin ia hapuskan.
Tuesday, July 10, 2007
Foto dipinjam dari Kompas
Penyair Sutardji Calzoum Bachri menilai bahwa sastrawan Indonesia saat ini selalu tenggelam dalam teriakan massa. Akibatnya, apa yang diungkapkan dalam karya-karyanya tidak jauh berbeda dengan teriakan massa. Sepertinya sastrawan telah kehilangan daya ucap, sehinggga karya yang dihasilkan tidak lagi memiliki daya tarik untuk direnungkan.
Sebagai contoh, ia menunjukkan tidak sedikit sajak yang lahir bersamaan dengan gerakan massa yang menumbangkan Orde Baru dan Orde Lama. "Kita dapat menyaksikan, boleh dikatakan tidak ada sajak-sajak monumental dari kedua peristiwa itu, dan ini amat disayangkan," katanya seraya menambahkan bahwa penyair yang selalu tenggelam dalam teriakan massa tidak akan mampu menciptakan sejarah.
Sutardji mengakui bahwa seorang penyair tidak bisa menghindarkan diri dari teriakan massa. Kendati begitu, seharusnya, penyair dapat mengambil jarak dengan peristiwa, kemudian mengendapkannya dalam pengucapan baru. "Kenyataan akhir inilah yang memungkinkan melahirkan suatu pemikiran baru bahkan melahirkan sejarah," katanya.
.:. Dari Kompas