"Matamu nenas manis," katanya pada perempuan itu,
"aku lelaki tak pandai menggerus garam dan cabai."
Dia ingat masam yang tajam dari air tangis yang
terkecap dari kecup yang luput. Bibir yang recup.
Dia ingat, pernah bercerita tentang satu cita-cita:
"Aku ingin jadi petani nenas, berparang sejengkal,
menikmati tiap tusukan ujung duri, tabah menunggu
apa yang akhirnya berbunga di pucukan-pucukan rindu."