KETIKA bencana alam tsunami melanda sejumlah kawasan, korban yang selamat sebagian besar jiwanya dilanda trauma. Di India, trauma itu dihilangkan, antara lain dengan membacakan sajak-sajak Rabindranath Tagore kepada para korban itu. Di Aceh pun, kepada para korban diperdengarkan syair-syair kepada kelompok-kelompok korban dengan tujuan yang sama.
Keampuhan puisi sebagai alat terapi jiwa telah diterokakan oleh Gilbert A Schloss, pada tahun 1976. Ia menyusun buku berjudul "Psychopoetry, a new approach to selfawareness through poetry therapy" (Gosset & Dunlap, New York).
Subagio Sastrowardoyo ada merangkum buku itu dalam sebuah artikel pendek dalam bukunya "Sekilas Soal Sastra dan Budaya" (Balai Pustaka, 1999). Psychopoetry alias psikopuisi diterapkan dalam kelompok-kelompok di tengah masyarakat yang bergerak di bawah ahli jiwa. Tujuannya yaitu mengusahakan penyembuhan atau pemulihan gangguan kejiwaan para anggora-anggotanya itu.
Puisi tentu saja bukan satu-satunya cabang seni yang punya sisi praktis yang bisa diterapkan dalam praktik penyembuhan kejiwaan. Telah pula luas diketahui bahwa cabang seni musik, seni rupa, drama, dan fotografi pun dikembangkan dalam ilmu jiwa. Prinsipnya sama: orang dilibatkan dalam kerja seni, agar memperoleh kembali kepercayaan dan harga diri, bersedia menyesuaikan diri dalam masyarakat, dan mampu melihat kenyataan dan berpikir normal.
Di dalam kelompok terapi puisi ini yang diperbincangkan adalah puisi yang dikarang oleh ahli jiwa atau terapis, atau sajak-sajak karangan penyair yang sudah ternama, atau sajak-sajak yang dibuat sendiri oleh si terganggu keseimbangan jiwanya - yaitu para anggota kelompok terapi itu sendiri. Masing-masing sajak itu punya efek penyembuhan yang berbeda.
Demikianlah, setidaknya bagi kita sendiri, tanpa arahan ahli jiwa, puisi yang kita baca dan kita tulis, dengan cinta atau sekadar iseng, pasti telah pula membuat jiwa kita lebih sehat. Puisi yang kita tulis, suatu saat mungkin bisa pula menjadi bahan bacaan dalam kelompok-kelompok psikopuisi untuk membantu memulihkan ketakseimbangan jiwa mereka.