SIAPAKAH "aku" dalam puisi kita? Pembaca akan mudah mengira "aku" dalam puisi kita itu adalah kita. Memang begitulah kerapnya. Karena itulah ada ahli ilmu sastra yang menyebut puisi - khususnya puisi lirik - tidak serta merta bisa dianggap sebagai karya rekaan atau karya fiksi. Lebih tepat, katanya, puisi lirik itu disebut karya yang dihasilkan dengan upaya distansi atau memperjarakkan antara "aku" dan bahan perasaan dan peristiwa yang dipuisikan. Buat apa? Supaya pembaca - para aku - yang bukan kita, bisa menyosokkan dirinya sendiri pada "aku" dalam sajak yang kita tuliskan. Bila itu yang terjadi, maka sajak yang kita tulis adalah sajak yang berhasil.