/1/
IBUKU dulu suka menyisiriku dengan tangannya.
Rambutku pernah berkata padaku, itulah
sisir terbaik yang pernah menyentuh mereka.
Rambutku sering rindu disisiri lagi oleh ibuku.
/2/
IBUKU dulu suka berpesan: rawatlah rambutmu,
seperti ibu merawatmu di waktu kecilmu dulu.
Rambutku suka mengingatkanku, mengulang-ulang
pesan ibu. Aku memang sering lupa pada rambutku,
seperti juga sering lupa pada ibuku dan pesannya itu.
/3/
SEJAK aku mulai sering keluar masuk salon, rambutku
jadi pendiam. Di salon aku sebenarnya tidak hendak
merawat rambutku. Aku hanya tergoda pada berbagai
macam jenis sisir. Aku semakin lupa pesan ibuku.
/4/
WAKTU aku pulang bertemu ibuku, ibuku sedih sekali.
Soalnya aku tak mau dia mengelus rambutku seperti dulu.
"Saya sudah besar, Ibu. Sudah bisa menyisir rambutku
sendiri," kataku. Aku tak memperhatikan, ketika ibuku
meremas-remas tangannya dan menyisir rambutnya
sendiri. "Sudahlah, Ibu. Rambutku tak kenal lagi dengan
sisir tangan Ibu itu," kataku.
Kata ibu, "Ah, kau tak pernah bisa mengenal rambutmu."