Kali ini, mari kita mengutip sepenuhnya dengan amat hormat ucapan penyair Sapardi Djoko Damono dalam "Keremang-remangan: Suatu Gaya, Sajak-sajak Abdul Hadi W.M." dalam buku "Sihir Rendra: Permainan Makna", Pustaka Firdaus, Jakarta, 1999.
Beliau menulis: Barangkali kita berpendapat bahwa perasaan yang dihadirkan oleh penyair dalam sajak-sajaknya adalah klise, yang sudah begitu acap dihadirkan oleh penyair-penyair lain. Tetapi bisakah kita menunjukkan perasaan, sebagai perasaan yang tidak klise? Bisakah kita memiliki perasaan-perasaan yang diluar yang itu-itu juga? Penyair Heinrich Heine pernah mengatakan: "Puisi lirik itu sama saja sepanjang zaman. Seperti lagu burung bul-bul di musim semi". Ia benar adanya. Dan saya yakin, bahkan perasaan yang paling khas dalam arti: yang paling banyak melibatkan manusia dari zaman ke zaman, adalah bahan terbaik untuk lirik.[]