DI tubuhmu, angin menjadi selembar selendang
menyampir di pinggang, dan kau menutup dada,
melangkah bimbang di titian panjang. Di sana,
di ujung seberang, ada redup cahaya, mungkin
itu sebuah pintu, rumahmu yang menunggumu
Kenapa ada selalu elang? Elang itu menetas
dari telur petir, ia selalu terbang, karena
hatimu tak bercabang, dan kakinya buntung
Laut menahan semua gelombang, kapal layar itu
berlayar tanpa awak, membentangkan duga-dugaan
Awan, kepingan-kepingan parang, saling mengasah,
dan nanti bersama gelap malam menimpasi karang!
Di tubuhmu, aku menjadi seekor binatang, letih,
liar, dan lapar, sembunyi dari para sekelompok
pemburu yang sama saja: letih, liar dan lapar.