Sunday, November 14, 2010

Kantata Kota

KAMI tak lagi memesan kopi, bukan karena kantata Bach

Kota tak bisa diminta sunyi karena jiwa terus mengoceh,
seperti sendiri stadion kosong, dengan sunging vuvuzela

Hidup menyaru opera komedi, dan seperti itulah sudah
Kami sama bertanya, "Kenapa harus rumuskan segalanya?"

*

Di meja itu - dengan bayang reklame lama Marylin Monroe,
mengiklankan talkum gatal kulit -  kau sodorkan perangkat
berlayar sentuhan - "Bacalah! Bacalah atas nama temanmu!"

Aku seperti membaca kisahku: rakyat yang gagal jadi rakyat

Sambil mencoba menyesuaikan lagi: lidah dan goreng ubi -
aku membayangkan: seorang mirip engkau, berlakon di situ