Kira-kira baik enggak Bang, membacakan 100 Soneta Cinta Neruda buat balita?
kalau balitanya sudah bisa baca, mendingan dia suruh baca sendiri aja....
Blog ini adalah daerah cagar, suaka bagi sajak-sajak, terjemahan, dan esai-esai Hasan Aspahani. Hal-ihwal yang pernah hilang dan ingin ia hapuskan.
Kira-kira baik enggak Bang, membacakan 100 Soneta Cinta Neruda buat balita?
kalau balitanya sudah bisa baca, mendingan dia suruh baca sendiri aja....
Saya prnh hdr dlm sbh Musikalisasi & Dramatisasi Puisi di sebuah SMU. Lalu berpikir seandainya karya sastra yang disbt sbg "sastrawangi" itu dibacakan disini, didepan wajah-wajah polos itu tentu sangat tidak layak. Bagaimana menurut Anda?
Saya tak tahu apa itu sastra wangi. Pasti tak semua karya sastra baik atau layak untuk semua kalangan. Mobil juga begitu kan? Anak sebelum umur 17 tahun belum boleh nyetir di jalan umum, belum boleh bikin SIM. Meski banyak juga yang mencuri-curi, kan? Membacakan apa yang belum layak untuk mereka beramai-ramai sama saja dengan mengajak mereka konvoi kebut-kebutan di jalanan, kan?
Bang, pernah terpikirkan menjadikan salah satu sajak Abang sebagai sebuah cerita fiksi utuh (bukan fiksi mini)? Minimal menjadi sebuah cerpen? Atau Abang sudah pernah membuatnya?
Saya berpikir macam-macam tentang sajak saya. Pernah saya ingin jadikan komik. Pernah ingin saya jadikan lukisan. Jadi cerita. Jadi novel. Jadi desain kaos. Jadi macam-macam.
Ketika menikmati 100 Soneta Cinta Neruda, pernah enggak terpikir oleh Anda, jangan-jangan Soneta itu sesungguhnya bukan untuk istrinya, tetapi untuk "Matilde Urrutia" lain, Neruda pindah ke lain hati?
Tidaaaak. Makanya baca pengantarnya. Kata pertama di soneta pertama di buku sajak itu adalah Matilda Urrutia. Neruda cinta mati pada istrinya itu.
Dalam lomba puisi, biasanya aspek apa sajakah yang dinilai? Ciri puisi yg bagaimana yg biasanya tembus jadi juara?
Lomba yang tematis, tentu yang pertama dinilai adalah temanya. Kalau lomba dengan tema ayam tapi engkau menulis tentang sapi, tentu sajakmu langsung dibuang panitia dan juri. Lalu, sajak yang jadi juara adalah sajak yang terbaik di antara semua sajak yang ikut. Ukurannya? Ya, ukuran-ukuran sajak.
Tipografi atau bentuk puisi apakah selalu berbait? Dan harus 4 baris?
Tidaaaaaaaaaaaaaaaaaak! Anda formalis sekali. Auden pernah bilang, meulis sajak bebas seperti main tenis tanpa net. Ah, Auden, siapa yang sedang main tenis? Kita kan sedang main timpuk-timpukan batu? Tak ada aturan. Bebas saja! Awas kepalamu kena lempar!
korri layung rampan menjadi editor karya beberapa penyair di Balikpapan, pernah terlintas untuk melakukan hal yang sama untuk tanah kelahiran anda?
Pengalaman pertama saya menjadi editor buku puisi adalah ketika saya mengedit buku puisi M Aan Mansyur "Aku Ingin Pindah Rumah". Ini pengalaman seru. Saya suka konsep buku itu, dan tampaknya Aan juga suka. Saya bermimpi menjadi editor beberapa antologi: 1. Antologi Besar Puisi Indonesia, Antologi Penyair Kelahiran 1990-an, dll. Termasuk Antologi penyair Kalimantan. Tapi, saya ingin melihat bagaimana pertumbuhan kepenyairan di sana. Sedang saya gadang-gadang konsepnya. (Pembualan, kan? Ha ha haha)
Saya pernah melihat jawaban Anda pada salah satu pertanyaan: "Pertama, pemindahan tempat arti (displacing); Kedua, penyimpangan arti (distorting); Ketiga, penciptaan arti baru (creating)." Tolong dijelaskan lebih lanjut? :) Terima kasih...
Contohnya banyak pada sajak Tardji. Penyair besar kita itu memfungsikan kata benda jadi kata sifat (yang paling mawar, yang paling duri), menyungsangbalikkan kata, memberi arti baru pada kata lama. Pada pokoknya adalah: MEMUNGKINKAN KREATIVITAS!
Sbg penyuka Neruda, apa yg paling Anda sukai darinya? karyanya, kisah Hidupnya, Kepiawainnya? Seberapa besar Ia mempengaruhi hidup, motivasi, dan karya Anda?
Tentu yang saya sukai karyanya. Dia tak mau taat pada satu tema, dan tak mau diam pada satu gaya. Sajak cinta yang menyakitka dan dahsyat ia terbitkan pada usia 19 tahun. Lalu berancak ke mana-mana: ode untuk benda remeh temeh (lihat, betapa nakalnya, biasanya ode untuk hal-hal yang agung bukan?), sajak-sajak protes, sajak-sajak filososofis (Kitab Pertanyaan) , sajak-sajak mengembara, sajak-sajak supranatural, dan sajak pengagungan pada cinta (100 Soneta Cinta).
Majas dalam sebuah puisi bolehkah lebih dari satu? Dan apakah puisi itu harus m'makai kata-kata baku?
Boleh. Tentu saja boleh. Kata baku, kata yang tidak baku, kata yang diciptakan sendiri oleh penyairnya, kata yang diserap dari bahasa lain (basah asing atau bahasa daerah) boleh dipakai oleh penyair dengan tujuan dan alasan yang kuat. Jika tidak ada kata baku yang bisa mewakili gagasan yang hendak disampaikan oleh penyair, maka dia berhak mencari kata lain, atau menciptakan kata lain. Penyair seharusnya adalah orang yang paling intens menggeluti bahasa. Ia adalah orang yang memperkaya bahasa, bukan memiskinkanya. Meluweskan bahasa bukan mengakukannya. Menciptakan kebaruan dalam bahasa, bukan membuat bahasa jadi basi!
assalam....gresik suroboyo,eling seng disèk, aku gak ngresulo dan aku masih simpan karikatur karya anda,jg msh teringat amarah dan petuah-petuahmu,yg membuatku kesal adalah sewaktu anda melayang ke pekanbaru! apakabar sang guru???
Waduh ini siapa ya? Kali ini saya mempermasalahkan anonimitas penanya, :-).... Ke Pekanbaru? Itu kan tahun 2000. 10 Tahun lalu.... Tentu saja kabar saya sekarang baik-baik saja. Maaf, saya agak pelupa sekarag....
100 Soneta Cinta Pablo Neruda. Soneta keberapakah yang Anda suka? Bukankah Anda telah menterjemahkannya? Saya dulu pernah menunggu dan berharap terjemahan itu diterbitkan dari Anda, ternyata telah ada soneta itu dgn nama Tia Setiadi sbg penyulihnya. Bagai
Kalimat Anda terputus. Formspring membatasi karakter pertanyaan, ya? Saya paling suka pengantar Neruda di buku itu. Sonetanya semua saya suka. Konsepnya utuh. Dan itu energi menulisnya luar biasa. Saya kira itu pasti karena energi cinta yang luar biasa.
Ah, tak usah menunggu terbit. Baca aja di blog saya. Lagi pula baru sekitar 40-an soneta itu yang saya terjemahkan. Mungkin nanti akan saya selesaikan, yaitu saat saya seumur Neruda saat menuliskannya ha ha ha ha.... Saya belum baca terjemahan yang sudah terbit itu.
Jadi apa segala yg jujur itu sajak? Apa itu sajak?
Sajak yang ditulis dengan jujur itu baik. Kejujuran terasa dalam sajak. Ketidakjujuran juga terasa.
Jangan dibalik bahwa segala yang jujur itu sajak.
Semua kambing mengembik. Tapi, tak semua yang mengembik itu kambing, bukan? Bisa saja itu manusia yang meniru suara kambing.
Sajak, kata Tardji (dan saya setuju dengan dia), adalah apa yang diniatkan oleh penyairnya sebagai sajak.
5 contoh majas metafora apa saja?
Silakan cari di blog saya, saya pernah menulis serangkaian contoh majas dari sajak-sajak penyair Indonesia.
Bunyi pada puisi yang bagus itu bagaimana?
Perhatikan petikan "Sajak Putih" Chairil Anwar ini:Di hitam matamu kembang mawar dan melati /
Harum rambutmu mengalun bergelut senda / ... ada pengulangan bunyi gumam "m" yang intens sekali. Ini menciptakan suasana muram, sedih, suram. Ini membantu menguatkan sajak. Beginilah contoh bagaimana unsur bunyi dimaksimalkan dalam sebuah sajak.
Bisa jelaskan tentang sok sajak?
Ya, seperti orang juga. Sok pintar, padahal dia tidak pintar. Sok kaya, padahal dia tidak kaya. Sok seleb, padahal bukan seleb. Pokoknya tidak jujur. Menutup-nutupi dirinya yang sebenarnya.
apakah komunikasi dalam puisi masih tetap mempertahankan mis komunikasi. Banyak awam menginginkan puisi musti luruh pada pandangan umum dari sisi makna. Saya kira pandangan yang menghendaki ini musti belajar banyak mengapa daya ungkap justu paling menarik
Miskomunikasi? Saya kira tak ada yang salah dengan komunikasi dalam puisi. Tidak ada yang miskomuikasi.
Luruh dalam pandangan umum dari sisi makna? Wah, apa bedanya puisi dengan bahasa umum?
Daya ungkap? Ini tak ada hubungannyah dengan komunikatif atau miskomunikasi.
Kwatrin Seperti Ada Yang InginSajak Ridwan Firdus
: kepada sebuah nama
Seperti ada yang ingin disampaikan
Oleh sepasang mata kita yang malu-malu
Itu, yang diam-diam saling bertukar pesan
Tentang semacam isyarat, semacam rindu
Seperti ada yang ingin diceritakan
Lewat senyuman manis dan tanganmu yang
Menengadahkan gerimis: mungkin kenangan
Yang perlahan meleburkan namaku dan namamu
(2009)
PUISI, tubuh puisi, bisa dengan serta-merta menyiratkan (dan menyuratkan) dari tangan penyair seterampil apa dia dituliskan. Sajak ini misalnya. Sesungguhnya, ia amat sederhana. Dan itulah kekuatannya. Penyairnya tidak ingin menggamblangkan sesuatu yang ia sampaikan. Karena mungkin dia tidak bisa dan memang tidak perlu. Maka, ia pun menyeolah-olahkan, menyemacamkan, atau menyepertikan saja.
Puisi ini saya rasakan lahir dari pengamatan dan penghayatan atas perasaan-perasaan kecil dengan amat jeli. Karena itu ibarat aliran darah, dia mulus sekali, tak ada ganjalan di seluruh pembuluhnya. Ibarat tarikan nafas, dia lancar, tak tersendat oleh gumpalan filek.
Saya memperhatikan frasa "menengadahkan gerimis". Sekilas mungkin itu terasa sebagai sebuah kesalahan pemakaian akhiran 'kan'. Mungkin yang pas adalah "menengadahi". Kalau ini kesalahan, saya kira penyairnya melakukan dengan sengaja. Ini semacam 'kenakalan' berbahasa dan itu adalah modal penting bagi seorang penyair. Saya menyukai itu, tapi saya tak terlalu bisa menjelaskan kenapa saya suka. Mungkin karena dari situ tercipta tarik-menarik, tolak-menolak antara tangan dan gerimis. Seperti ada rebutan memiliki kata tengadah itu antara tangan dan gerimis. Juga karena dari situ tercipta gema bunyi "...an", yang datang berulang-ulang. Saya seperti mendengarkan serangkaian koor yang indah.
Di blognya Ridwan Firdaus - dia yang menulis sajak ini - berkata, "Aku menulis puisi karena ingin orang-orang tahu bagaimana aku memandang dunia lewat tulisan". Saya kira sajak di atas adalah contoh yang berhasil bagaimana penyair merukunkan niat menyairnya. Kalau cara pandang yang ingin ditunjukkan itu biasa-biasa saja, buat apa ditunjukkan? Tapi, sajak di atas, ditulis dengan cara pandang yang istimewa. Dunia kecil yang dihadirkan adalah dunia yang layak ditunjukkan. Tahniah!
Bagimu, sajak yang bagus itu apa? Apa sajak bagus itu juga disebut sajak yg berhasil?
SAJAK yang bagus, buat saya, adalah sajak yang wajar, tidak sok sajak. Sajak yang bagus adalah sajak yang berhasil. Penyair berhasil memberdayakan perangkat-perangkat puitika dengan pas. Di beberapa tempat dia berhasil memberi kejutan. Di bagian lain dia berhasil menunjukkan kebaruan.
jika anda sebuah puisi dan seseorang yang berpapasan menanyakan alamat puisi, apa yang akan anda jawab? menunjuk ke pemakaman umum atau ada jawaban lain dari anda yang lebih keren?
Saya bilang, memang saya punya alamat tetap. Tapi, saya bisa ada di mana saja. Lagi pula buat apa dia bertanya di mana alamat saya? Bukankah dia sudah bertemu dengan saya?
Bang Hasan. Benarkah jika kita terinspirasi oleh puisi orang lain dan kita menulis puisi yang isinya hampir sama, tapi dari sudut pandang yang berbeda dapat disebut plagiat? Salam, Tyar
Puisi boleh saja lahir dari inspirasi puisi lain. Yang Anda bilang ISI itu adalah urusan tema. Tema puisi itu: CINTA KASIH, KEMANUSIAAN, RELIGIOSITAS, SOSIAL, ALAM. Isi puisi adalah penggalian, pengayaan, pencampuran, pengembanganm dari lima tema itu. Jadi kemungkinannya banyak sekali. Lalu kenapa membuat sajak yang isinya hampir sama?
kulo nyuwon ngapunten, mas kasan ngaspahani. jarene kebon telo sampeyan neng gunung slamet subur tenan yo? aku ki pengen ngonsultansi karo sampeyan. ngene lho mas, kebon teloku kok gagal panen yo? padahal lahane podho karo kebone sampeyan. mumet tenan mas
Ah, telo kan paling mudah tumbuh. Dilemparkan aja batangnya, tumbuh. Kalau gak dapat ubinya, ya dapat pucuknya: godong telo. Gagal panen juga? coba tanam yang lain.
Bang, mau tak membaca kumpulan sajakku yang bakal terbit? [Padahal sudah baca di Facebook.] Saya merasa naskah itu perlu dikomentari dari hati ke hati nih, Bang. [mkasudnya?] Mau kan, Bang?
mauuuuuu. mana? mana? mana?
Kalau Saudara Hasan masih ingat, kapan pertama kali Saudara membuat (apa yang Saudara ingat/simpulkan sebagai) puisi? Apa judul dan isinya? Waktu kelas berapa?
Waktu SMP, Paman. Kelas I. Saya tulis di sebuah buku. Buku itu masih saya simpan. Beberapa judulnya pakai kata Kecil. "Musibah Kecil" (ini tentang anak ayam yang disambar elang, karena tidak mengindahkan pesan induknya); "Amanat Kecil" (ini tentang saya yang jadi Ketua OSIS SMP); .... dan beberapa sajak lain.
bagaimana cara membuat puisi yang layak disebut puisi?
Anda harus tahu puisi yang layak itu seperti apa. Lalu tulislah dengan mengacu pada pengetahuan Anda itu.
ada orang yang menyebut penyair sama dengan orang gila. apa benar?
Mungkin ada yang bilang begitu. Saya tak pernah dengar.
kalau puisi itu bisa makan layaknya manusia, sarapan pagi apa yang sehat untuknya? Tak usah dijawab kalau malu!
Saya malu. Jadi tak usah menjawab, ya?
[Out of Topic] :)Bagusnya dipanggil apa sih? Bang Hasan atau Om Hasan??hehehe
Apa saja panggilan yang enak bagi si pemanggil. Ada yang memanggil Eyang Hasan juga. Atau Hasan saja juga tak apa-apa.
Apakah Dik Hasan setuju bahwa setiap orang adalah seniman yang baik, setidaknya menurut diri sendiri, dan begitu pula ketika setiap orang merasa sebagai penyair yang baik?
Paman, saya setuju setiap orang adalah orang yang baik. Saya setuju pada setiap orang ada sisi baik. Tidak setiap orang harus jadi seniman, meskipun dalam diri setiap orang ada rasa seni itu.Tidak setiap orang harus jadi penyair, meskipun dalam jiwa setiap orang pasti ada sensor puitiknya.
lanjut Om.. :)apakah saya masih harus terus menulis puisi, kalau saya sadar dalam karya saya terasa banget unsur, misalnya, Sapardinya ato unsur Jokpinnya ato unsur Hasannya dll...
Jangan berhenti. Teruslah menulis. Yakinlah engkau akan menemukan engkau. Atau orang lain nanti yang akan menyadarkan engkau bahwa engkau adalah engkau.
Kesadaran bahwa ada bau orang lain yang nempel di tubuh kita itu justru penting. Dulu saya dengan sadar menulis dengan aroma Sapardi, Goenawan, Chairil, Jokpin, Rendra, karena saya tak bisa menghindar. Ah, sampai sekarang saya sadar betapa kuatnya pengaruh mereka pada sajak saya, sebab saya membaca dan menyukai karya mereka.
sudah lama saya tidak menulis, terhitung sejak November 2009 karena saya sibuk melakukan pementasan, pasca-pementasan saya tidak lagi orgasme dalam menulis. Ketika membaca tulisan saya, saya langsung berkata (idealis) sangat jelek. Saya bingung dan resah!
Bingung dan resah itu bagian dari pekerjaan menulis. Jangan resah dengan keresahan anda. Jangan bingung dengan kebingungan anda. Buat siapa saja penulis lain, "pementasan" anda itu bisa diganti dengan kata apa saja: urusan rumah tangga, urusan perusahaan, urusan asmara, urusan memperdalam agama dll. Pokoknya apa saja diluar menulis. Semuanya itu bukan lawan dari kegiatan menulis. Semuanya itu malah bisa jadi sumber ilham atau ide menulis.
Kritis atas tulisan sendiri itu wajib. Menghukum karya sendiri adalah hak. Terus saja menulis karya lain, sampai Anda puas dan mendapatkan orgasme yang lain.
tapi kalo dari pembacaan saya, kadang2 terlalu berlebihan.. (anak jaman sekarang menyebutnya lebay)...kadang dia berlebihan memuji sebuah karya, yang saya anggap biasa2 saja. apakah itu masih sehat buat mutu pekarya berikutnya?
Tidak sehat. Tapi kalau semua orang yang membaca sekritis engkau, kan tidak akan buruk akibatnya? Engkau tahu karya yang biasa-biasa saja dan mana yang tak biasa, dan engkau tahu pujian mana yang pas dan berlebihan. Itu penting...
bagemana pendapat om tentang HH yg rajin membedah puisi / sastra di FB?
Saya tidak mengikuti bahasannya. Saya kira bagus saja kalau ada yang mau mencadangkan waktu dan pengetahuannya untuk membahas puisi. Karya perlu dibincang-bincangkan, apalagi kalau tujuannya untuk menambah mutu karya di pekarya berikutnya.
saya mau bergunjing tentang puisi, bolehkah menyebut nama orang??
Sssst, boleh. Siapa dia?
Apakah puisi itu fakta yang diurai-dieja atau fiksi yang didramatisasi?
Bahasa puisi memang takdirnya berbeda dengan bahasa sehari-hari. Kenikmatan puisi justru ketika makna yang ingin disampaikan diantar dengan ucapan kreatif. Bila pesan dalam bahasa percakapan sehari umumnya disampaikan langsung, puisi menunda.
Penudaan itulah yang mestinya mengundang kenikmatan bagi pembaca. Ketidaklangsungan makna yang hendak dicerna pembaca, menurut Riffatere disebabkan oleh tiga hal. Pertama, pemindahan tempat arti (displacing); Kedua, penyimpangan arti (distorting); Ketiga, penciptaan arti baru (creating). Penyair adalah orang yang mahir memainkan ketika permainan makna itu.
Apakah puisi bisa mengobati luka hati? Seberapa besar kemungkinan sembuhnnya?
Puisi bukan obat. Kalau dia bisa itu ini di luar tugasnya sebagai puisi, itu sudah diluar wewenang penyair dan di luar wilayah puisi. Bahwa menulis puisi pernah juga diteliti dan dicoba sebagai alat terapi sakit hati itu memang benar. Da katanya baik juga efeknya.
bikin puisi cinta itu gmn?
Sama saja dengan puisi lain. Cinta itu kan hanya salah satu tema, selain tema lain: kemanusiaan, alam raya, religiositas atau ketuhanan, atau sosial masyarakat. Tema itu kan hanya salah satu bagian dari struktur puisi. Ada struktur lain yang sama saja bagaimana harus kita perlakukan, apa pun temanya.
Puisiku membuat seseorang menjadi marah. Marah besar. Katanya aku melukainya dgn puisi itu. Hingga kata-katanya juga melukaiku. Kami jadi saling melukai. Padahal aku tidak bermaksud melukai. Dia salah manafsirkan puisiku. Apa aku tlh gagal membuat puisi?
Tidak. Puisi Anda berhasil. Sangat berhasil. Tapi, Anda salah. Anda tidak hati-hati. Puisi memang bisa melukai. Bisa menghibur. Bisa disalahtafsir. Hati-hati. Untung saja puisi Anda melukai satu orang. Kalau melukai satu umat? Satu negara? Atau satu kelompok suku?
Apa Anda pernah bersedih? Seberapa sering? Adakah kesedihan Anda yang menjadi puisi? Adakah puisi yang membuat Anda bersedih?
Tentu saja saya pernah bersedih. Saya gampang bersedih. Saya penggemar kesedihan. Saya mudah terharu. Tidak semua kesedihan harus jadi puisi. Tapi, tentu tentu saja ada dan boleh saja kesedihan itu menjadi pemantik menyalanya api puisi. Tentu saja ada juga puisi yang bisa membuat saya sedih. Dan kemudian kesedihan itu bisa jadi puisi lagi.... :-)
Bagaimana cara mengolah puisi agar tercipta kualitas yang lebih baik setelahnya?
Berdayakan alat-alat puitika. Tak perlu dikerahkan semuanya. Pilih mana yang paling tepat untuk dipakai pada sajak yang sedang kita garap.
Kalau sajak kita kata-katanya membosankan, terlalu sering dipakai, cari kata lain, atau ucapkan dengan kata lain (DIKSI); jika mungkin, pilih kata yang memungkinkan bunyi sajak kita jadi unik, enak, merdu, lirih atau efek apa saja yang kita inginkan (RIMA). Dll...
apa pertanyaan terbarumu ttg puisi?
Belum ada. Pertanyaan saya tentang puisi selalu muncul saat akan menulis puisi. Misalnya, bisakah puisi ditulis dengan memakai kata-kata dan khazanah akuntansi? Jawabnya bisa. Saya menjawab itu setelah saya menyelesaikan sejumlah sajak dengan "rasa" akuntansi.
Apakah Anda sering meragukan puisi yang Anda tulis itu adalah puisi? Jika Anda ragu, apakah keraguan itu menyebabkan Anda merasakan putus asa?
Putus asa? Tentu tidak. Saya tidak pernah ragu puisi yang saya tulis itu adalah puisi atau bukan. Jika puisi yang saya tulis bila belum saya anggap puisi, maka saya akan menyimpannya, mengolahnya lagi kelak, sampai ia saya anggap puisi.... Jika sudah saya anggap puisi seperti yang saya niatkan, maka puisi itu saya publikasikan.
apa puisi terbarumu, bang?
Di blog dan di FB yang terbaru saya tampilkan terus kok. Terakhir main-main dengan istilah akuntansi.
Apakah dengan menulis sebanyak-banyaknya puisi, pada suatu saat, seorang penyair akan mendapatkan kualitas karya yang lebih baik?
Belum tentu. Kita bukan harus menulis puisi sebanyak-banyaknya. Tapi sebaik-baiknya. Menulis puisi itu bukan untung-untungan. Karya yang baik bukan didapatkan dengan cara itu. Karya yang berkualitas harus diupayakan dengan terus-menerus mengevaluasi, menilai, memperbaiki karya sendiri. Bukan asal tulis dan asal banyak.
bagaimana cara mendapatkan kekasih tuhan
Siapa saja bisa jadi kekasih Tuhan. Temukan dalam diri Anda sendiri.
apakah penyair juga berperan sebagai "pendonor darah" bagi sejarah?
Sajak itu membuka jalan ke masa depan bahasa. Sajak adalah jejak-jejak sejarah. Paling tidak sejarah bahasa.
menurut anda, puisi itu apa sih? kalimat2 spt apa yang bisa disebut puisi?
saya suka rumusan SCB. Apa yang diniatkan penyair sebagai puisi itulah puisi. Kita bisa bilang, "wah suasananya puitis sekali..." Itu artinya kita bisa melihat atau merasakan sesuatu yang "puisi" di mana saja. Kita bisa merasakan "puisi" dalam sebuah komposisi musik.
Bahasa adalah media utama puisi. Bahasa adalah tanah liatnya keramik puisi. Bahasa adalah badan di mana jiwa puisi paling betah berdiam. Bahasa adalah rumah dimana ruh puisi paling nyaman tinggal.
Bahasa menyediakan alat-alat bagi mewujudnya puisi: kata, diksi, rima, ritme, bait, repetisi, larik, gaya bahasa, dll,......
apa pendapatmu dengan lomba puisi?
Saya pernah ikut. Pernah menang (lomba puisi bung hatta, Krakatau Award). Pernah kalah (lomba puisi pariwisata). Ada baiknya ikut lomba puisi sebagai latihan dan menjajal kemampuan. Saya pilih-pilih tema. Kalau temanya membuat saya terpaksa menyesuaikan sajak saya, saya tidak akan ikut. Kalau temanya menantang kreativitas saya akan ikut. Juri juga jadi pertimbangan. Kalau kapasitas jurinya meragukan saya juga ragu untuk ikut.
Om. Kau bilang (baiknya) puisi-puisi yg sudah ditulis itu dilupakan. Apa om tak takut mengulang judul yg sama, yg bakal membingungkan diri sendiri nantinya? Bagaimana rasanya (kalau om) mempunyai 2 puisi dengan isi serupa tapi pengucapannya berbeda?
Yang pasti, saya tidak pernah hafal puisi yang saya tulis. Melupakan itu dalam rangka agar tidak hanya bangga dengan karya yang sudah ditulis. Tapi terus mencari dan mencari lagi. Tak pernah berhenti. Sejauh ini saya tidak pernah tanpa sengaja mengulang sajak yang pernah saya tulis. Tema puisi itu berulang. Apa sih yang kita tulis selain tema besar: cinta kasih? kemanusiaan? religiostas? alam raya? Itu tema-tema abadi yang akan terus kita ulang dengan pe gucapan yanga berbeda..... burung perkutut melayang terbang, jangan takut, dan jangan bimbang...
Sy masih blm faham yg dimaksud dg alat-alat puitika, mohon penjelasan lagi bang Hasan. Buku menulis puisi yg abg tulis tdk sy temui di TB GRAMEDIA Pekanbaru.
Sekarang saya ingin tahu Anda ini siapa? Sebelum saya menjawabnya. Sekarang saya ingin bertanya, apa yang Anda tahu tentang puisi?
Buku itu bisa dibeli di beberapa situs online. Cobalah.
Kenapa Anda menulis puisi?
Karena saya ingin mengucapkan sesuatu. Sesuatu yang ingin diucapkan orang banyak, atau sesuatu yang dilupakan orang banyak. Apa yang saya ucapkan adalah urusan tema sajak, bagaimana saya mengucapkan menjadi estetika sajak.
Apa anda menghafal puisi-puisi anda?
Tidak. Karena tidak mampu, dan saya juga ingin melupakan puisi-puisi yang sudah saya tulis.
Bang Hasan Yth, selain keindahan bahasa,indikator apa saja yang menentukan kualitas sebuah puisi, Salam.
Bahasa yang indah bukan indikator kualitas puisi. Itu hanya efek. Kualitas puisi bisa dilihat dari seberapa baik dan mahir penyair memilih dan memakai alat-alat puitika. Itu terlihat dari struktur (fisik dan batin) puisi yang terbangun, dengan alat-alat puitikan yang dipilih dan dipakai itu.
Bang Hasan, sy selalu cemburu dg puisi yg indah baik bentuk atau makna, tp sy tdk mengenal utuh sebuah puisi, bisa kah sederatan kata disebut puisi bagaimana defenisi puisi sesungguhnya
Definisi puisi sesungguhnya? saya kira tidak ada. definisi umumnya ada. Setiap penyair berhak mendefinisikan puisi dengan caranya sendiri, lewat puisi-puisinya. Setiap puisi boleh melanggar, melabrak, mengingkari definisi umum puisi itu sendiri.
menurut bang hasan, inti dr semua puisi itu apa? dan apa tujuan seorang penyair membuat puisi?
Inti dari semua puisi adalah pengucapan. Tujuan penyair menulis puisi adalah dia ingin mengucap.
wah, gimana itu guru yang durhaka, bang? terus, apa bedanya guru durhaka itu dengan guru yang memilih untuk tidak menegur karena membutuhkan massa pendukung?
Murid yang durhaka adalah murid yang lupa jasa gurunya. Guru yang durhaka? Guru yang lupa jasa-jasanya sebagai guru, hahahah.
massa pendukung? aduh, saya gak perlu itu. siapa yang perlu? Risih dikintili. Sekolah puisi saya sudah dibubarkan! he he. Saya juga melupakan bahwa saya pernah mengajari puisi pada sesiapa saja. Saya sendiri pelajar puisi yang terus merasa bodoh.
ya, saya tahu beberapa orang yang dengan bangga mengaku-aku sebagai muridnya bang Hasan. Kalau benar bang Hasan sendiri ingin mereka jadi murid-murid yang durhaka, kok bang Hasan tak pernah menghukum, atau plg tidak, menegur para murid yang trs mengekor?
Biar saja. Biar saya saja yang menegur diri saya sendiri, supaya menjadi guru yang durhaka.
Bang, Sejuta-Puisi sekarang jadi media konsultasi puisi ya? hehe..
Sebenarnya konsultasi puisinya di formspring. lalu ditampilkan secara otomatis di blog dan fb.
Sebenarnya jauh sebelum formspring konsultasi begini sudah terselenggara di sejumlah milis.
Sebenarnya buku MENAPAK KE PUNCAK SAJAK itu kan juga tanya jawab soal puisi juga. Sudah punya?
Saya sudah punya Orgasmaya kiriman Anda beserta tanda tangannya, Menapak Ke Puncak Sajak dari Koekoesan, dan Telimpuh dari Toko Buku, tapi sebenarnya saya menunggu Lelaki Yang Dicintai Bidadari, apa naskah itu akan diterbitkan seperti informasi Anda di FB
Ya, naskahnya sudah saya beri ke sebuah penerbit di Bandung, setelah diminta untuk ditinjau oleh editornya. Kalau jadi, katanya buku itu dijadwalkan terbit November. Saya berharap bisa terbit lebih cepat....
halo bang Hasan, saya dengar-dengar, konon bang Hasan ini hobi ngumpulin murid, ya?
Saya ini guru puisi gadungan. Penggunjing puisi. Pernah punya sekolah puisi dan saya mengangkat diri saya sebagai kepala sekolah palsu. Ada yang mengaku-ngaku murid saya, padahal saya ingin mereka menjadi murid yang durhaka ha ha ha ha....
"menulis puisi karena mencintainya" tidak memiliki keterkaitan dengan "menulis puisi karena ingin jadi penyair"?
orang yang menulis puisi karena mencintai puisi tidak akan pernah risau jadi penyair atau tidak...
Tinggalkan puncak, gapai puncak yg lain. Apa "kredo" itu yg membuat Anda melakukan experimen2 dlm bersajak shg spt tagline slh satu harian nasional "sll ada yg baru". Membuat sajak2 Anda sll berbeda gaya ucapnya & pembacalah yg menilai puncak / tdk puncak
Orang naik gunung bukan untuk berdia di puncak gunung itu. Kenikmatan berada di puncak itu cuma sebentar. Keasyikan menaklukkan lerengnya itulah yang paling mengasyikkan. Saya ini pendaki gunung dalam harfiah dan tamsiliah. Dulu saya bergabung dengan grup pencinta alam di kampus. :-)
Hmm, apakah saya tetap bisa menjadi penulis puisi yang baik walau cita-cita karir utama saya adalah seorang teknisi & ilmuwan? Atau harus mengambil salah satu saja seperti bung HAH? :)
Neruda itu diplomat, dan anggota kongres. karir utama anda sebagai teknisi dan ilmuan justru bisa membuat Anda menghasilkan sajak yang khas.
Apa ciri penyair yang besar? Contoh tokoh yang masih hidup?
Ciri penyair besar: 1. Ia menulis karya puisi besar; 2. Ia punya visi besar atas kehidupan dan kemanusian ; 3. Ia punya sikap yang otentik terhadap sajak dan bahasa.
Saya merasa kecil di hadapan Chairil, Lorca, dan Neruda. Juga pada Sutardji, Sapardi, dan Afrizal.
tema puisi apa yang paling sering muncul di pikiran mas Hasan Aspahani?dan seberapa kuat hal (tema) tersebut mempengaruhi cipta pikir anda selanjutnya?salam lifespirit!
Saya tak tahu. Saya suka menggarap apa saja. Bahkan yang mungkin belum pernah digarap sama sekali.
Sering Anda katakan bahwa penyair yang baik adalah penyair yang telah menemukan gaya ucapnya sendiri seperti yang dikatakan SCB, apakah Anda telah menemukan gaya ucap itu?
Soal menemukan atau menciptakan gaya ucap atau bahasa sendiri ada beberapa hal:
1. Kalau kau tidak mengupayakan itu, kau akan jadi peniru selamanya. Mencari itu tidak mudah. Tapi, kalau kau tidak mencari kau tak akan pernah menemukan. Anggrek hutan tak akan datang mengetuk pintu rumahmu. Kau harus masuk ke hutan, memanjat pohon, untuk menemukan angrek itu.
2. Kalau kau sudah merasa menemukan, dan kau terus bertahan di situ, berarti kau meniru dirimu sendiri. "Tinggalkan puncak, gapai puncak lain," kata Sutardji. Ada kemungkinan banyak spesies anggrek yang belum ditemukan di hutan sana...
3. Jangan cuma bisa mencari anggrek, kau juga harus bisa menyilangkan anggrek hasil perburuanmu itu.
apa yang anda sukai, dan teramat anda inginkan dari istri seorang penyair?
Neruda - penyair favorit saya itu - di akhir hidupnya didampingi istri yang sungguh dia cintai dan mencintai dia. Kepada Matilda Urrutia-lah Neruda mempersembahkan 100 Soneta Cinta, salah satu magnum opus-nya.
Neruda pertama kali menikah dengan wanita Belanda yang tak bisa berbahasa Spanyol dan Inggris. Mereka bercerai, dan saya tak tahu pasti adakah sajak yang ditulis Neruda untuknya. Mungkin tidak.
Neruda kemudian pernah hidup bersama perempuan kaya yang tak pernah ia nikahi, yang sepertinya hanya ingin menumpang nama Neruda.
Biasanya Anda bisa langsung menulis puisi untuk tokoh-tokoh besar maupun kecil yang baru saja meninggal dunia, contohnya, yang cukup saya suka, puisi buat Chrisye, MJ dan Mbah Surip. punya puisi untuk tokoh yang sedang dimakamkan hari ini?
Langsung? Tidak juga. Menulis puisi perlu kesiapan. Pada contoh nama-nama di atas, saya lekas merasa siap! Tidak pada semua tokoh yang meninggal saya tergerak untuk menulis puisi, meskipun saya sangat ingin.
Sajak yang paling mengesankan hingga saat ini? (jika ada) Apa yang membuat Anda terkesan?
Bukan puisi, tapi buku puisi. Yaitu "DukaMu Abadi" Sapardi Djoko Damono. Ini buku puisi pertama yang saya beli dan saya terpukau. Saya beli waktu kelas satu SMA.
Kenapa terpukau (bukan sekadar terkesan)? Karena saya nilai sajak-sajak dalam buku itu ditulis dengan bahasa sederhana tapi menciptakan imaji dan membentangkan makna yang pelik dan dalam. Saya merasa akan bisa menulis puisi karena buku itu.
penyair kecil meniru penyair besar mencuri, begitulah kalimat yang sering saya dengar. misalnya Anda penyair kecil apakah Anda akan meniru? apakah menirunya penyair kecil itu proses pembelajarannya? bagaimana menurut Anda?
"Immature poets imitate; mature poets steal," kata T. S. Eliot. Begitu tepatnya kutipannya. Jadi, bukan perkara besar atau kecil. Tapi, matang atau mentah!
Seorang peniru adalah pencuri yang tak mahir. Seorang pencuri adalah peniru yang tak meninggalkan jejak.
Cara belajar yang paling mudah adalah meniru. Tapi, jangan selamanya menjadi peniru.
Penyair yang "jadi" tidak berhenti sebagai peniru atau pencuri. Puisi itu seni. Seni itu berkembang kalau pekerjanya terus-menerus menciptakan hal-hal baru.