Pada Jumat siang, 18 April 1949, ketika Chairil Anwar dikebumikan di pekuburan Karet, Affandi tengah meradang dan menerjang di hadapan sosok Si Binatang Jalang yang belum rampung tergurat di sepotong terpal becak yang meranggas di bekas sebuah garasi di kompleks Taman Siswa, Jalan Garuda 25, Jakarta. Itu sebabnya, pelukis itu absen di pemakaman penyair yang meninggal pada usia 27 tahun itu.
Kata dia kepada Nasjah Djamin—yang di kemudian hari mengutip perkataan ini dalam bukunya, Hari-hari Akhir Si Penyair (Pustaka Jaya, 1982: 52): "Saya tidak ikut tadi mengantarnya ke Karet, Dik! Dari CBZ (Centraal Burgerlijk Ziekenhuis—sekarang Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta) saya terus pulang. Untuk menyiapkan tarikan terakhir pada lukisan Chairil, sebab saya takut besok lusa saya tak menemukan lagi ke-Chairilannya Chairil."
Selanjutnya baca: Si Binatang Jalang dan Sang Maestro, Wahyudin, Kompas, Minggu 13 Mei 2007