Sajak Shania Saphana
/1/
"Ada yang menjemputku di Bandara. Ada."
Dia merasa bagai tawanan pindah penjara.
Dia tinggal meja yang bergegas, ke kantor
yang keras. "Tak ada hiasan di dindingnya."
Kecuali ruang rapat dengan setumpuk agenda.
/2/
"Ada yang menjemputku di Bandara. Ada?"
Para lelaki dengan kemeja. Rapi dan resmi.
Kaku dan baku. Segumpal gel melumuri kepala.
/3/
"Ada yang menjemputku di bandara. Siapa?"
Sedang kau yang dulu menulis puisi untukku
memilih jalan yang kutahu itu tidak menujuku.
/4/
"Ada yang menjemputku di bandara. Tapi buat apa?"
Tapi, buat apa? Perjalanan memang tak sia-sia.
Tapi aku tak jua terbebas dari jerat jarak dekat.