TAK akan terdengar ada sorak, seru serak, dengus
napas, dan keringat, di bidang pertarungan kami,
tapi ini bukan sekadar petak-petak yang 64 kotak.
Kami tak mengejar bola. Tapi dalam diam, kami lari,
jauh sekali, menempuhi lorong: labirin kemungkinan.
Dan rasakan risau itu, redam gegaung, suara detak,
getar di tangan, dan memuncak bila ada teriak, "skak!"
Tak perlu wasit di sini. Tak ada kecurangan. Bukankah
begitu hakikat pertandingan? Hidup mati pertaruhan?
Bukankah kekalahan (dan kemenangan) disepakati sejak
semula? Ditentukan oleh salah, selangkah-selangkah?