YANG bicara tentang sia-sia, angin yang memetik daun kering itu, lalu perlahan meletakkannya di atas rumput yang sembunyi di tanah kemarau.
(Seharusnya, aku bicara tentang badai mata beliung, datang meminta nyawa orang-orang tak berdaya, pada suatu ketika yang tak terduga, musim yang buta).
*
Yang bicara tentang aduh pedih, jatuh sedih, sia-sia cinta dengan tamsil ganjil awang awan, dan tombak ombak.
(Seharusnya, aku bicara soal petani dan nelayan, yang tak bisa beli pupuk dan solar. Yang mencangkul sawah seperti menggali kubur sendiri, yang menebar jala seperti menjerat nasib buruk sendiri).
*
Yang sibuk mengatur bunyi, asyik memilih diksi, yang tak ingat cuma jadi alat, diperalat oleh penyair galat.
(Seharusnya aku menyuarakan jerit lapar orang miskin, keluh sakit buruh kasar yang menunggu mati, bukan di ranjang perawatan, sebab rumah sakit terlalu mewah, dan para dokter adalah malaikat suci yang haram menyentuh tubuh kotor mereka yang berumah di debu jalanan).