Friday, November 20, 2009

Tentang Sungai, Hutan, dan Malam

1. Sungai

AKU kira sungai itu letih juga. Mengalirkan
diri sendiri. Aku kira sungai itu sedang
berpikir untuk membeku atau mengering saja.

Dari muara tadi, kuhitung berapa lekuk yang
patah, berapa teluk yang patuh. Dan hujan
yang mengeluh, aku pura-pura tak mendengar,
ia sebut ramalan tentang musim bah, musibah.


2. Hutan

HUTAN adalah dada yang tabah. Aku kira dulu
selalu begitu. Sampai aku temukan bercak
darah, terperah dari luka yang perih parah.

Ingin sekali aku bisa mengambil juga luka
itu untukku sendiri, sekadar sakit, sedikit.
Aku kira, tabah di dadaku, perlu juga kuuji.


3. Malam

AKU kira semua lagu ditulis dan dinyanyikan
untuk malam, yaitu saat segalanya dibicarakan
dengan perlahan dan kita tak buru-buru hendak
membuat kesimpulan. Kerap kali, kita justru
menyisakan beberapa pertanyaan, terbiarkan.

Apakah kau suka memperhatikan yang dibicarakan
oleh burung-burung dan serangga malam itu?
Mereka saling mengingatkan tentang apa-apa
yang harus lekas dilupakan. Kau perhatikan?