1. HAI, engkau! Rasa sakit itu. Masihkah kau kenal dengan tubuhku? Tubuh yang belum selesai menjahit koyak jerit sendiri?
2. TUBUHKU adalah sawah yang mencintai musim hujan. Engkau pematang liar, beralur licin, melingkar.
3. "MAUKAH kau menanamku?" tanya rasa sakit itu. Ah, aku sudah menyemai benihnya, sebelum nanti rasa itu menyemak menggulma.
4. MAAFKAN aku hujan. Maafkan aku katak. Maafkan aku bangau. Aku tak bisa bermain dengan kalian. Aku sedang dirawat oleh rasa sakitku.
5. PETANI itu pernah datang sekali. Berdiri di ambang subuh, nyaris rubuh. Lalu pergi, dan selalu tergoda - tapi menolak - untuk lagi kembali.
6. TAK ada jejak di pematang. Tapi, semalam ada yang datang. Ke sawah ini. Seperti buru-buru, ia tanam sesuatu yang tak ia harapkan akan tumbuh.
7. "SEANDAINYA, setiap butirku adalah benih yang tumbuh padamu," kata hujan, kepada sawah. Sawah, sering sudah, ia mendengar pertanyaan itu. Ia tahu, hujan tahu jawaban apa yang ia senantiasakan.
8. MUNGKIN akulah petani itu. Petani yang ingin menanam diri sendiri, di sawah sendiri. Memanen luka: luka sendiri.