Friday, November 6, 2009

Beberapa Percakapan yang Berhasil Kusadap (2)

Alat Sadap (AS): Hei, maukah engkau menyadap percakapan kita?

Aku Penyadap (AP): Percakapan engkau dan aku?

AS: Ya, engkau dan aku. Aku ingin sekali tahu, bagaimana rasanya mendengarkan percakapan kita sendiri, percakapan yang disadap oleh orang lain.

AP: Tapi kalau kusadap percakapan kita, itu artinya kita menyadap percakapan kita sendiri, bukan?

AS: Apakah harus orang lain yang menyadap percakapan kita?

AP: Aku sendiri tak pernah menyadap percakapanku sendiri. Engkau pasti tahu itu, sebab apa yang kusadap, pasti engkau yang menyadapnya, bukan?

AS: Makanya, pernahkanlah. Mungkin dengan begitu, kita bisa menyadap percakapan orang lain dengan lebih baik.

AP: Sebenarnya aku bosan, menjadi penyadap.

AS: Kamu bosan denganku?

AP: Tidak, aku hanya berpikir adakah yang bisa kita lakukan selain pekerjaan ini?

AS: Mungkin sesekali kita harus menyadap percakapan Penting Dia yang Mahapenting.

AP: Apakah itu tidak melampaui wewenang?

AS: Siapa yang membuat batas wewenang itu?

AP: Entahlah...

AS: Saya kira dia Yang Mahapenting, ingin sekali sesekali ada yang mendengar apa yang Dia ingin katakan.

AP: Ah, sudahlah. Kamu tahu kan? Dia itu Mahapenyadap. Dia tahu bahkan apa yang dikatakan oleh hati kita.

AS: Ya, ya... Sudahlah.