Sajak Dedy T RiyadiSingkat saja: ini sajak yang bagus. Klise-klise ungkapan dihampiri sekaligus dielakkan dan tentu dia tidak menjadi klise lagi. Ungkapan-ungkapan baru ditawarkan dan ah betapa sayang kalau tawaran itu tak disambut oleh pembaca. Dedy makin menjanjikan. Sajak-sajaknya makin bisa diharapkan. Pertentangan antara menutup-buka, cinta kutukan, menghadirkan tekstur perasaan. Rima dihadirkan apa adanya, tidak dipaksakan ada. Saya bisa menebak siapa Penyair yang sedang menghantui Dedy di sajak ini, tapi, dia tidak melawan hantu itu tidak juga mentah-mentah menyembahnya.[]
Malam Telah Menutup Segala Pintu
Malam telah menutup segala pintu dan buka satu jendela
rahasia, yang kau tahu, dari sana kupandang wajahmu.
Tak ada lagi rasa terkungkung, layaknya anak domba,
lari aku di luasan pandang, menghidu segar rerumputan.
Bahtera ini terdampar oleh nyanyi Calypso bibirmu
di pantai-pantai abadi, cinta telah dilenakan waktu.
Dan jika ku tak kuasa berpaling dari pandangmu,
semata-mata oleh cinta belaka. O, cinta begitu berbahaya.
Hanya badai buat malam ini semakin galau,
tapi sepenuh cinta aku akan terus meracau.
Bondowoso mengutuk Jonggrang tersebab cinta,
kekasih jadi arca agar tak lagi tersimpan rahasia.
Dalam gelap suasana, kuteriakkan; “Kau kekasih.
Hanya kepadamu mataku tertuju.” Kau saja, kekasih.
Malam ini, kekasih. Tidurku akan sangat lelap,
tersebab namamu terdengar sepenuh senyap.
2007
Blog ini adalah daerah cagar, suaka bagi sajak-sajak, terjemahan, dan esai-esai Hasan Aspahani. Hal-ihwal yang pernah hilang dan ingin ia hapuskan.