Monday, November 12, 2007

Daun Berjari Enam Belas,
dan Pelepah Pisang Kipas

                   : di Utan Kayu, sambil mengenang sajak Joko Pinurbo


AKU datang di sini
bertandang
bertanding
dengan sempit waktu

          Engkau tak ada menungguku

Aku masih seperti bocah sekolah
tak beres-beres juga membereskan rindu

Kursi-kursi besi kecil
mengecil
ditempa dingin dini hari
kami menggigil

          Engkau tak ada menemaniku

Meja kosong
di depanku
menunggu engkau yang kurus
dan lelaki gempal yang datang berkuda
dari poster lukisan Botero

Aku tadi memesan perasan jeruk panas
pas
saat Kedai Tempo dibredel jam malam

Tinggal ampas
tandas ke dasar gelas

          Engkau tak ada menjawab pertanyaanku

Kemboja
membiusku dan udara Utan Kayu
menebar kembangnya ke lekat lumut
ke bata batu
dan bangku kayu

          Engkau tak ada menyahut sunyiku

Aku sudah di sini
menghayati kalender fana ini
mengatur sekongkol
menyelinapkan hari gaib
di antara Minggu dan Senin
dan menamainya
dengan sebuah kata rahasia

           Engkau tak ada mendengar bisik-bisikku

Pelepah-pelepah pisang kipas
tak ingin mengibas
dingin embun Jakarta belum ingin lepas

Dan pohon
yang tak kukenal namanya itu
mengulur daun berjari enam belas

         Engkau tak ada bersamaku, menyambut salam itu.