Daun Berjari Enam Belas,
dan Pelepah Pisang Kipas
: di Utan Kayu, sambil mengenang sajak Joko Pinurbo
AKU datang di sini
bertandang
bertanding
dengan sempit waktu
Engkau tak ada menungguku
Aku masih seperti bocah sekolah
tak beres-beres juga membereskan rindu
Kursi-kursi besi kecil
mengecil
ditempa dingin dini hari
kami menggigil
Engkau tak ada menemaniku
Meja kosong
di depanku
menunggu engkau yang kurus
dan lelaki gempal yang datang berkuda
dari poster lukisan Botero
Aku tadi memesan perasan jeruk panas
pas
saat Kedai Tempo dibredel jam malam
Tinggal ampas
tandas ke dasar gelas
Engkau tak ada menjawab pertanyaanku
Kemboja
membiusku dan udara Utan Kayu
menebar kembangnya ke lekat lumut
ke bata batu
dan bangku kayu
Engkau tak ada menyahut sunyiku
Aku sudah di sini
menghayati kalender fana ini
mengatur sekongkol
menyelinapkan hari gaib
di antara Minggu dan Senin
dan menamainya
dengan sebuah kata rahasia
Engkau tak ada mendengar bisik-bisikku
Pelepah-pelepah pisang kipas
tak ingin mengibas
dingin embun Jakarta belum ingin lepas
Dan pohon
yang tak kukenal namanya itu
mengulur daun berjari enam belas
Engkau tak ada bersamaku, menyambut salam itu.