Monday, December 11, 2006

[Tadarus Puisi # 015] Bentuk dan Isi: Tidak Berlawanan!

DALAM sebuah wawancara, penyair Winstan Hugh Auden menyebutkan, baginya ada dua hal untuk melahirkan sebuah puisi yaitu tema dan pengucapan. Tema mencari pengucapan. Pengucapan mencari tema. Ketika keduanya datang berbarengan, itulah saatnya dia melahirkan puisi. Jadi keduanya tidak saling mengalahkan. Keduanya tidak saling menelikung. Keduanya penting. Keduanya tidak saling membebani.

DENGAN kalimat lain, penyair WS Rendra berucap nyaris dengan isi yang sama. Bentuk dan isi sama pentingnya. Bentuk adalah jembatan bagi isi. Pembaca pertama tertarik pada bentuk. Lalu lewat bentuk itu pembaca masuk pada isi. Pembaca yang terpesona pada isi, maka dia tidak akan hanya peduli pada bentuk lagi. Tema Auden mungkin sama dengan isi bagi Rendra. Pengucapan Auden sama dengan bentuk bagi Rendra.

BEGITULAH. Jangan terlalu mengutupkan kedua hal itu. Jangan terlalu berindah-indah pada bentuk tetapi isi sajak kita kopong. Jangan terlalu memuja isi tetapi bentuk sajak kita kacau dan tak bisa jadi jembatan bagi pembaca untuk sampai pada isi yang kita puja itu. Menulislah. Dengan meniti pada sebuah tali bertongkat panjang dengan kedua hal itu pada kedua ujungnya, kita barangkali bisa menghasilkan sajak seperti Wiji Thukul (semoga ditemukan di mana mayatnya) "Peringatan'. Sajak yang isinya tentang perlawanan amat populer dengan baris akhir yang bertenaga: Hanya ada satu kata: lawan!

Peringatan
Sajak Wiji Thukul

jika rakyat pergi
ketika penguasa pidato
kita harus hati-hati
barangkali mereka putus asa

kalau rakyat sembunyi
dan berbisik-bisik
ketika membicarakan masalahnya sendiri
penguasa harus waspada dan belajar mendengar

bila rakyat tidak berani mengeluh
itu artinya sudah gawat
dan bila omongan penguasa
tidak boleh dibantah
kebenaran pasti terancam

apabila usul ditolak tanpa ditimbang
suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
dituduh subversif dan mengganggu keamanan
maka hanya ada satu kata: lawan!

[Aku Ingin Jadi Peluru, Wiji Thukul, IndonesiaTera, Cetakan Kedua, 2004]