Friday, December 22, 2006

Skenario Persetubuhan Terindah di Dunia: Orgasmaya

/1/

"SURGA itu mungkin trampolin!"

Dengan riang yang telanjang
kita adalah dua tubuh yang berlompatan.
Sekali terlambung tinggi,
lalu terbebas dari gravitasi.

"Suara tawa pecah jadi bunga.
Menaburkan wangi tubuh kita."

Bunga itu juga yang memercikkan cahaya,
Terang yang juga menyala dari tubuh kita.

"Dan kita tak bisa membedakan lagi
Tubuhkukah di atas tubuhmu,
atau tubuhmu di dalam tubuhku
ketika mereka-reka adegan sempurna:
persetubuhan terindah di dunia."

Persesukmaan Pertama kita.

"Aku menamainya: Orgasmaya...."

/2/
LALU kau berkisah tentang dongeng indung telur
Dan kau menantangku menelusuri lorong rahasia.

SEBENARNYA tak lagi ada yang rahasia, bukankah
telah kau buka segalanya? Dan aku berbisik padamu,
"kalau pun surga itu bukan trampolin seperti kita duga,
maka sekarang trampolin itu sedang melambungkan
kita ke sana: ke surga." Kau menganggukkan mata dan
menyentak tanganku, mengajak bergegas ke sana.

LALU kau meminta padaku dongeng tentang Adam dan
Hawa. Dongeng tentang persetubuhan pertama di dunia.

"KETIKA dilambungkan dari surga, Adam memeluk
Hawa, dekap yang semakin erat hingga 1.000 planet
meminta mereka singgah, tapi Adam terlalu dalam
mendekap Hawa, dan Hawa begitu erat menggenggam
Adam. Saat itulah, ada putik matang di rahim Hawa,
dan Adam menaburkan serbuknya. Tiba-tiba saja,
keduanya telah berpijak di tempat yang bukan surga."

KAU bilang aku berdusta, tapi kau minta jangan beritahu
bahwa kita tidak sedang di surga. "Taburkan saja
serbukmu di seluruh tubuhku. Agar terang ini mekar lebih
lama. Agar wangi ini lebih tercium, lebih mengharum."

DIAM-DIAM kucuri sebuah sel telur dari indung telurmu.

/3/
KITA masih bisa bermungkin
pada surga, pada trampolin.

"Sebab pada kita, mereka-reka kita:
Persetubuhan Terindah di dunia."

Persesukmaan pertama kita
di bentang ranjang maya, lengang angkasa raya.


/4/
KAU memelukku seperti Hawa pada Adamnya
Lelaki yang tak beribu, yang tak tahu bagaimana
melelakikan tubuhnya pada perempuan Hawanya.

"Ke dadaku saja. Ke dadaku saja. Ke dadaku saja."