SEBELUM mengenal berbagai jenis pakaian, saya sudah
hidup dengan sarung. Sarung ayahlah yang membedong
saya waktu saya masih jabang bayi. Kata ibu, "Sarung
ayahmu, satu-satunya sarungnya waktu itu, digunting jadi
empat lembar kain bedong. "
SARUNG pertama saya menjadi selimut saya waktu mulai
beranjak besar dan sering tidur di surau. Sarung yang sama
saya pakai untuk sembahyang dan mengaji. Sarung yang
sama saya pakai untuk mandi di kali. Sarung yang sama
saya pakai bermain topeng-topengan, ayun-ayunan dan
gendong-gendongan bersama teman-teman. Sarung yang
sama saya pakai untuk mengambil madu lebah. Sarung
yang sama saya pakai waktu belum bisa pakai celana
sehabis disunat. Sarung yang sama saya pakai untuk
membalut luka. Sarung yang sama kami gunakan untuk
menandu seorang kawan yang patah kaki tertimpa pohon.
"SARUNG pertamamu itu dulu ditenun olehnya," kata ibu
menunjuk ke makam nenek saya, ketika kami berziarah
sebelum bulan puasa. Waktu itu, saya memakai sarung
baru. Sarung pertama saya telah sempurna robeknya.