Wednesday, December 20, 2006

Emily Dickinson (1830–86). Complete Poems. 1924.
Part Four: Time and Eternity

XXVII


SUNGGUH aku tak bisa datang menjemput maut,
Maka dialah yang dengan ramah singgah;
Siaga berangkat kereta, membawa
Kami dan sang Kekekalan Abadi.

Perlahan memacu, dia tahu tak perlu
terburu-buru, dan kutinggal saja
seluruh sibuk dan senggangku,
Aku tahu itupun tak lagi perlu.

Melintas murid yang bermain di halaman,
Murid yang nyaris melupakan pelajaran;
Melintas juga hamparan ladang padi
Melintas juga matahari membenam diri.

Hanya segenap jeda, sebelum tiba di rumah
Yang kulihat seperti raksasa timbunan tanah;
Bubung yang nyaris tak sampai penglihatan,
Bukan hiasan pilar, tapi cuma gundukan.

Lalu senja itu berabad-abad waktu; tapi
seratus tahun itu terasa sesingkat sehari lalu.
Ah, semula kusangka pacu kuda-kuda itu
menuju keabadian yang nyaris dihampiri.