Ayah Mengajak Saya Menanam Pisang
BANYAK monyet di kebun kami. Monyet-monyet
mencuri pisang yang ditanam oleh ayah. Pisang
yang disiangi oleh ibu. Monyet-monyet tidak pernah
menanam pisang. Mereka rakus pisang. Mereka juga
merusak pohon pisang. Saya ingin jadi superman.
Saya ingin bisa terbang mengusir monyet-monyet
yang bergantungan di dahan pohon-pohon. Monyet
tidak takut pada aku dan ayah. Soalnya kami tidak
bisa memanjat dan bergantungan di pohon-pohon,
seperti monyet. Ayah, ibu dan saya, kami cuma
keluarga petani yang punya kebun untuk pisang.
SUATU petang lewat para pemburu bersenapan.
Mereka bukan superman. Saya suka melihat senapan
yang mereka sandang. Saya tak boleh menyentuhnya.
Mereka menembaki monyet-monyet yang makan
pisang di kebun kami. Banyak monyet yang mati
tertembak. Kebun kami jadi ladang pembantaian.
Sekarang para pemburu menguasai kebun kami.
Mereka memakan semua pisang yang matang.
Mereka juga memakan monyet-monyet yang
tertembak. Setelah semuanya habis mereka pergi.
Meninggalkan sisa-sisa rumpun tunas pisang. .
"MANA yang lebih kejam monyet atau pemburu?"
saya bertanya pada Ayah. Ayah tidak menjawab.
Dia mengajak saya menanam pisang lagi di kebun
kami. Walaupun saat itu dari hutan yang jauh
terdengar suara bising kawanan babi-babi hutan.