WAKTUNYA hampir tiba, tapi parsel kiriman
yang ditunggu belum juga ia terima. Sudah
lama. Masih sabar ia menunggu sambil belajar
agar bisa membaca dengan lancar, namanya
di kartu dan nama si pengirim dengan alamat
yang samar. Keranjang itu pernah dilihatnya
di sebuah toko. Sejak itu ia rajin menunggu.
IA merasa kini waktunya memang hampir tiba,
tapi parsel yang dia tunggu belum datang juga,
hanya keranjang kosong yang seakan minta
diisi dengan bagian-bagian tubuhnya sendiri,
dan selembar kartu ucapan: "Kirimkan saja
seutuhnya. Anda sudah ditunggu di sebuah
alamat. Jangan lupa cantumkan juga nama
Anda: selengkap-lengkapnya." Ia sudah lancar
membaca. Sejak itu ia makin rajin menunggu.