BANYAK penyair (Sutardji adalah salah soerangnya) memberi nasihat ini: Akrabi kata-kata, akrabi! Tapi bagaimana? Mari kita bikin kurikulum sendiri. Cobalah tengok langit. Kata apa yang ada di sana? Kau bilang: awan, biru, putih, gumpal, anjak, punjung, kepak, sayap, jejak, kosong, terbang, kibar, asap, sembunyi, terang, perjalanan ..... Banyak sekali. Apa saja bisa kita temui atau kita hadirkan di langit.
MENGAKRABI bisa berarti menyadari kehadiran kata-kata. Merasakan ia ada. Mengesek-gesekkan tubuhnya di jemari atau lidahmu, minta dituliskan dan minta diucapkan. Seperti kata-kata yang tadi kita sapa di langit itu.
MENGAKRABI dapat juga berarti mendudukkan niat yang tulus. Tidak sekadar memperdaya atau menjadikan mereka alat untuk menukangi puisi kita. Ini sebenarnya semacam akal muslihat juga. Trik tipu-tipu. Tapi kata yang kita perdaya itu ikhlas saja. Soalnya kita sudah mengakrabi mereka. He he he.