: nanang suryadi
AKU belanja ke toko waktu. Mau beli sejumlah esok,
menggadaikan hari ini, dan meloakkan kemarin.
Memang beginilah nasib rutin. Penyair miskin.
AKU ingat kau ulang tahun, dan terakhir kau bilang
sedang kehabisan kata, jadi pengangguran puisi.
AKU belikan kau sebuah jam pasir, kalender abadi,
dan kaset lagu anak-anak: Selamat Ulang Tahun.
Oh ya, juga sebuah buku dongeng Pemulung Waktu.
SEBELUM kupaketkan, aku coba dulu hadiah ulang
tahun untukmu itu. Jam pasirnya memancur ke atas,
kalendernya tak mau menampilkan angka dan hari,
sementara kaset lagu anak-anak itu malah berbunyi
lagu broery: sepanjang jalan kenangan, kita selalu...
AKHIRNYA aku kirim saja buku dongengan, dengan
catatan: Awas pemulung itu, jangan siakan waktumu!